Setiap teks dalam Alkitab ditulis berdasarkan konteks tertentu, dalam hal ini konteks Israel Selatan atau Yehuda, jika kita membaca tek-teks misalnya Keluaran disitu Allah digambarkan sebagai Allah yang menghukum dan membinasakan setiap orang yang melawan kehendak-Nya.
Namun sebaliknya dalam teks ini, justru Allah digambarkan sebagai orang yang mau dirayu, ditawar bahkan bernegosiasi dengan manusia dan Hizkia adalah gambaran seorang manusia yang rapuh dan berdosa namun berani lakukan aksi tawar di hadapan-Nya.
Jadi Allah digambarkan sebagai Allah yang mengerti penderitaan umat-Nya, Allah yang tahu bahwa kekuatan umat-Nya tidak seberapa sehingga memberikan keluputan bagi umat-Nya yang terancam oleh bayang-bayang maut.
Jadi cerita ini mengajarkan kepada kita, agar berani lakukan tawar menawar di hadapan Tuhan tergantung kebaikan apa yang kita miliki sehingga Tuhan mau mendengarkan doa kita, jika selama ini hidup kita jauh dari segala kebaikan.
Maka sekarang adalah waktu yang tepat untuk kita bertobat, dan meninggalkan segala kejahatan kita, bertobat artinya berbalik 180 derajat meninggalkan semua sikap kita yang lama dan mengarahkan seluruh perhatian kita hanya kepada kehendak Tuhan.
Baca Juga: Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus ke Sorga, Ini Pesan Pendeta Helen Ruth Manurung di GKI Salatiga
Tuhan adalah pribadi yang baik, jangan berbuat baik agar Tuhan dapat menjawab segala permintaan kita melainkan berbuat baiklah sebagai respon dari setiap terhadap segala kebaikan yang telah Tuhan berikan dalam kehidupan kita.
Bersyukurlah untuk setiap hal yang kita miliki, nafas kehidupan yang gratis, tubuh yang sehat masih bisa bergerak dengan bebas, keluarga yang baik, pendidikan dan pekerjaan yang baik dan jika dari semua yang disebutkan itu ada salah satu yang kita miliki maka bersyukurlah.
Berbuat baiklah dan hiduplah dengan setia di hadapan Tuhan, sama seperti Hizkia maka umur panjang dan kehormatan akan diberikan Tuhan kepadamu, selamat melakukan aktifitas tetaplah andalkan Tuhan dalam hidupmu, Tuhan Yesus memberkati.***