ASPIRASIKU - Dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa, malam 1 Suro bukan sekadar pergantian kalender, melainkan momentum spiritual yang penuh makna dan misteri.
Tanggal ini menandai masuknya Tahun Baru Jawa atau Tahun Baru Islam (1 Muharram dalam kalender Hijriah), namun dalam konteks budaya Jawa, maknanya jauh lebih dalam, bersentuhan dengan nilai-nilai kebatinan, perlindungan diri, hingga renungan atas perjalanan hidup.
Bagi orang Jawa yang masih memegang erat adat dan spiritualitas leluhur, malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang sangat sakral.
Tidak sedikit yang menghindari kegiatan besar seperti pesta pernikahan, hajatan, bahkan perjalanan jauh pada malam ini.
Baca Juga: Ini Angka Pasti Kebutuhan Guru Sekolah Rakyat: 1.515 ASN Full Time Disiapkan untuk 100 Sekolah Baru
Keyakinan tersebut bukan tanpa alasan — masyarakat percaya bahwa pada malam itu, energi alam semesta berubah, pintu-pintu ghaib terbuka, dan makhluk-makhluk halus berkeliaran dengan lebih bebas dibanding malam biasa.
Salah satu tradisi yang paling dikenal masyarakat adalah ritual tirakat atau lelaku tapa.
Tirakat pada malam 1 Suro bisa bermacam bentuknya: puasa mutih, tapa bisu (tidak berbicara selama 24 jam), meditasi di tempat sunyi, hingga berjalan mengelilingi lokasi keramat seperti benteng atau gunung.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyucian diri, mendekatkan diri kepada Tuhan, serta memohon keselamatan dan kekuatan batin dalam menghadapi tahun yang baru.
Baca Juga: Promedia Hadir di Tangerang! Journalism 360 Gaungkan Mediapreneurship dan Jurnalisme Berkelanjutan
Di kota-kota bersejarah seperti Yogyakarta dan Solo, malam 1 Suro dirayakan dengan kirab pusaka, yakni arak-arakan benda-benda keramat milik keraton.
Prosesi ini tidak hanya simbolis, tetapi dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang mampu menolak bala.
Kirab dilakukan dengan penuh kesunyian, diiringi prajurit keraton yang berpakaian adat dan pengawal yang melakukan tapa bisu.
Keheningan dalam kirab ini bukan tanpa makna — ia melambangkan penghormatan terhadap leluhur dan pengendalian diri dari hawa nafsu duniawi.