ASPIRASIKU - Di tengah kehidupan sederhana di Taluk Kuantan, Riau, tumbuh seorang gadis tangguh bernama Umni Afifah.
Lahir dari keluarga pedagang keliling berskala kecil, latar belakang bukanlah halangan baginya untuk menembus batas dan meraih impian.
Ayahnya, Mistoro, dan ibunya, Niswati, hanya berpendidikan sampai tingkat SMP. Namun, semangat mereka dalam mendorong anak-anaknya untuk menempuh pendidikan tak pernah surut.
Dari keempat bersaudara, Umni menjadi salah satu pelopor yang berhasil menamatkan pendidikan hingga jenjang sarjana, bahkan magister.
Sejak usia 12 tahun, Umni sudah berani merantau demi pendidikan. Ia diterima di SMP Negeri 1 Purbalingga, sekolah bertaraf internasional berkat prestasi akademiknya.
Masa SMP dan SMA dihabiskan sebagai anak kos, jauh dari orang tua. Tiap akhir pekan, ia berjuang menempuh perjalanan pulang yang penuh rintangan.
Jalur pulang yang menakutkan, sering tanpa penerangan dan dikelilingi hutan, tak mengendurkan semangatnya.
Bahkan pernah suatu waktu, ia menumpang pick-up berisi kambing hanya agar bisa tiba di rumah dengan selamat.
Tamat SMA, Umni melanjutkan studi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), jurusan Pendidikan Agama Islam.
Saat mengikuti pelatihan BEST di awal masa kuliah, sebuah kalimat dari dosen menjadi titik balik baginya: "Bersyukurlah Allah masih memberikan kesempatan untuk belajar."
Kalimat itu menguatkan tekadnya untuk memanfaatkan kesempatan kuliah sebaik mungkin.
Meski kuliah di perguruan tinggi swasta, ia tak mau kalah dalam hal prestasi. Targetnya jelas: berprestasi dan mendapatkan beasiswa.