Baca Juga: BRI Dukung Daya Saing UMKM Lewat Fasilitasi Sertifikasi Halal Melalui Program BRI Peduli
Selain itu, investigasi tidak boleh menimbulkan rasa tidak nyaman atau ketakutan di kalangan karyawan.
Kedua, perusahaan perlu memperhatikan komunikasi internal selama proses investigasi berlangsung.
Informasi yang diberikan ke publik internal harus jelas dan tidak menimbulkan kepanikan.
Jika investigasi dilakukan secara diam-diam, pastikan hanya orang-orang yang berkepentingan yang dilibatkan untuk menjaga kerahasiaan dan integritas proses.
Ketiga, penting untuk mempersiapkan rencana pemulihan dan pencegahan setelah investigasi selesai.
Proses investigasi seharusnya menghasilkan perbaikan jangka panjang, bukan hanya tambalan sementara.
Misalnya, jika ditemukan bahwa sistem rentan karena tidak diperbarui secara rutin, maka perusahaan harus membuat SOP pembaruan sistem yang lebih disiplin.
Keempat, perusahaan juga harus mempertimbangkan evaluasi dan pembelajaran dari hasil investigasi.
Baca Juga: Masjidil Haram Membludak! Jamaah Haji Indonesia Diimbau Jangan Berangkat Sembarangan
Apa saja kekurangan dalam sistem pengawasan yang menyebabkan masalah tidak terdeteksi sejak awal? Bagaimana kecepatan respons tim IT saat terjadi insiden?
Apakah pelatihan keamanan siber sudah memadai? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu perusahaan meningkatkan kapabilitasnya dalam menghadapi gangguan sistem di masa depan.
Terakhir, dokumentasi dan pelaporan resmi harus dilakukan secara menyeluruh. Laporan investigasi yang baik tidak hanya mencatat hasil temuan, tetapi juga menyusun narasi kronologis, alat yang digunakan, bukti yang diperoleh, dan langkah-langkah yang sudah diambil.
Ini penting untuk akuntabilitas, serta sebagai alat pembelajaran lintas departemen.