Program-program pendidikan formal kini mulai memasukkan muatan lokal dalam kurikulumnya.
Baca Juga: Dapur Makan Bergizi Gratis Kalibata Rugi Hampir Rp1 Miliar, Yayasan MBN Malah Menagih Rp420 Juta
Buku pelajaran mulai memuat cerita rakyat dan praktik budaya setempat. Guru-guru dilatih untuk mengaitkan pelajaran umum dengan konteks lokal agar siswa merasa lebih dekat dengan akar budayanya sendiri.
Namun demikian, tantangan tetap ada. Globalisasi, urbanisasi, dan arus budaya asing sering membuat generasi muda lebih tertarik pada budaya populer dibandingkan tradisinya sendiri.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan cara-cara baru dan relevan agar kearifan lokal tetap menarik dan bermakna bagi anak muda masa kini.
Kesimpulannya, bagaimana kearifan lokal biasanya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya?
Jawabannya adalah melalui beragam media: cerita, ritual, seni, bahasa, pendidikan, serta teknologi.
Pewarisan ini bukan sekadar transfer informasi, tetapi juga pembentukan karakter dan identitas.
Ketika kita menjaga dan meneruskan kearifan lokal, kita sesungguhnya sedang merawat jati diri bangsa untuk masa depan yang lebih bijak dan berakar kuat.***