Contoh Cerpen Panjang tentang Renungan Kehidupan untuk Pelajar, Judul: Menipu Tuhan

photo author
- Jumat, 26 November 2021 | 08:30 WIB
Ilustrasi Contoh Cerpen Panjang (Pixabay/Harmony Lawrence)
Ilustrasi Contoh Cerpen Panjang (Pixabay/Harmony Lawrence)

“Seharian ini kamu tidak memberikanku kabar. SMS yang kukirim juga tidak kamu balas. Kerja lupa waktu. Atau dalam tahap melupakan aku. Ini bukan yang pertama. Ini terus berulang,” ujarku melalui pesan kepada Sonia kekasihku. Saat itu pesan kukirim pukul 19.00, menjelang azan isya. 

Tapi tak ada juga ada jawaban. Pertanyaan yang terus berulang pun disampaikan. Aku berusaha menghubunginya pun tak direspon. Tak ada satu panggilan teleponku yang diangkat olehnya. Aku benar-benar lelah.

Minggu. Aku temui Sonia. Tapi ia tidak ada di rumahnya. Ibunya tak tau Sonia pergi ke mana. Begitu juga adiknya. Satu rumah tak ada yang tau. Yang mereka tau, Sonia pamit ke rumah temannya. Tapi temannya yang mana tak ada yang tau.

Aku memutuskan untuk pamit dan meninggalkan rumah Sonia. Lalu, aku mengunjungi lokasi-lokasi yang kerap aku dan Sonia kunjungi. Berharap aku bertemu dengannya di tempat tersebut. Namun, tak membuahkan hasil. Aku seperti anak ayam yang mencari induknya, namun tak juga bertemu.

Baca Juga: 3 Zodiak yang Hari Ini Hubungan Romantis yang Dimiliki Putus Karena Kurang Komunikasi

Aku kembali berusaha menghubungi Sonia. Akhirnya diangkatnya.

“Kamu itu?” belum juga selesai kukatakan, namun Sonia langsung saja memotong pembicaraan, tak memberi kesempatanku untuk kembali berbicara. “Kalau untuk bertengkar aku tak mau. Aku matikan teleponmu ini. Aku capek.” Sonia mengancam, itulah yang biasa ia lakukan akhir-akhir ini. Tidak seperti Sonia biasa yang aku kenal sebelumnya.

“Aku nggak mau ribut. Aku cuma mau tanya?” helaan nafasku semakin tak beraturan, aku menimpali, tapi aku seperti merasa asing dengan situasi yang tengah kuhadapi.

“Kalau pertanyaanya sama, aku kan sudah menjawab. Aku capek jawab berulang-ulang. Aku ini kerja,” jawab Sonia yang masih tampak malas menjawab pertanyaan-pertanyaan dariku. Ia ingin segera mengakhiri pembicaraan ini.

“Oh iya. Mungkin itu jawabanmu. Tapi ada yang bilang sama aku, kalau kamu punya pacar lain selain aku,” akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya hal yang lebih sensitif. Aku yakin Sonia akan marah.

Baca Juga: Pantai Gigi Hiu Tempat Wisata Terbaik Lampung, Ini Rute, Lokasi dan Harga Tiket Terbaru 2021

“Oh gitu. Jadi, sudah mulai menuduh. Siapa orang yang bilang sama kamu. Dan kamu percaya. Bodoh saja kalau kamu percaya,” nadanya mulai meninggi, suara teriakan dan suara gebrakan dinding begitu kerasa terdengar di telingaku.

Pada akhirnya, aku berusaha untuk menyudahi. Kalau diteruskan akan tidak baik untuk kesehatan pikiranku. Keesokan harinya hingga satu bulan penuh sifat Sonia masihlah sama. Masih memberikan teka-teki pada suatu hubungan. Menghilang. Bahkan, benar-benar tak berkabar.

Saat itu juga aku mulai memberanikan diri untuk meminta putus. Aku pikir memang lebih baik jika aku dan dia tidak lagi berpacaran. Meski pacaran yang kami lakukan selama ini sudah menginjak 3 tahun. Dengan berat hati. Aku akhirnya merelakan.

Ini juga yang kulakukan melalui beberapa fase nasihat. Karena pacaranku dengannya sudahlah tak sehat. Kerap kali bertengkar. Kerap kali meributkan sesuatu yang tak patut diributkan. Karena hal itu juga aku kerap lalai dalam menjalankan hal-hal yang sudah fardu untuk dikerjakan, yakni terlmbat dalam menjalankan shalat. Jatuh cinta itu memang nikmat. Tapi jatuh cinta kepada sesama manusia dan memutuskan untuk berpacaran justru membuatku semakin sesat hanya untuk kenikmatan sesaat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Yoga Pratama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X