Di dalam tubuh manusia, telur yang tertelan akan menetas di usus halus dan melepaskan larva.
Larva ini tidak tinggal di usus, melainkan menembus dinding usus dan masuk ke aliran darah.
Mereka lalu melakukan perjalanan ke paru-paru, naik ke tenggorokan, dan kemudian tertelan kembali ke saluran cerna untuk tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil.
Proses migrasi ini bisa menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, atau demam ringan.
Gejala infeksi Ascaris lumbricoides bervariasi tergantung pada jumlah cacing dalam tubuh. Jika hanya sedikit, penderita mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas.
Namun, infeksi berat dapat menyebabkan sakit perut, diare, mual, muntah, gangguan penyerapan nutrisi, bahkan penyumbatan usus.
Pada anak-anak, infeksi kronis dapat menyebabkan malnutrisi, gangguan pertumbuhan, dan menurunnya daya tahan tubuh.
Diagnosis askariasis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan feses, di mana petugas laboratorium akan mencari telur cacing di bawah mikroskop.
Baca Juga: Bukan Mitos! Cacing Bisa Penuhi Usus Manusia, Ini Kisah Nyata Bocah dari Jember
Dalam beberapa kasus, cacing dewasa dapat terlihat keluar bersama feses atau bahkan melalui mulut dan hidung, terutama pada infeksi berat.
Pemeriksaan pencitraan seperti rontgen perut atau USG juga bisa digunakan jika dicurigai ada penyumbatan usus.
Pengobatan askariasis cukup efektif menggunakan obat-obatan anthelmintik seperti albendazole, mebendazole, atau ivermectin.
Obat-obatan ini bekerja dengan membunuh cacing dewasa dalam tubuh. Setelah pengobatan, penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tidak terinfeksi kembali.
Baca Juga: Paula Verhoeven Meledak, Dituduh Selingkuh Tanpa Bukti, Siap Pertanggungjawabkan hingga ke Akhirat