ASPIRASIKU - Pernahkah bertemu situasi nyebelin yang bikin mood bubar saat baru saja menjejakkan kaki di “pantai perawan” tapi sudah disambut sajian welcome drink, eh…disatroni orang dari antah berantah yang minta duit kebersihan? Huhhh!!!
Manuver asing itu sungguh tak peka. Beraninya nindas orang kecil, mirip mata pisau hukum yang katanya cuma tajam ke bawah. Ini opini lho, ya.
Bagaimana nggak peka, lha wong sudah bela-belain melipir di jalan setapak maksudnya supaya menghindari duit tiket masuk ke pantai komersial, tapi kok masih mau dipajakin dengan dalih uang kebersihan. Dasar tak punya perasaan!
Baca Juga: Bingung Memilih Jurusan Kuliah? 4 Tips Ini Perlu Kamu Lakukan Agar Tidak Salah Pilih Jurusan
Apa mereka tidak paham, kalau yang nekat blusukan dengan cara ekstrim seperti itu biasanya kaum anak kost, yang kondisi kantongnya kembang kempis dan otaknya sering diperas diajak berpikir keras untuk mendapati tempat rekreasi paket lengkap; murah, meriah dan menyenangkan?
Tapi apa peduli oknum-oknum itu. Mereka cuma tahu satu prinsip dasar yang dijadikan pakem untuk memalak secara halus, yaitu; pasang muka sesangar mungkin sambil pembawaannya disetel dingin abis-abisan.
Sampai lalat nempel di hidungnya pun tak digubris demi konsisten dengan karakter stay cool. Lalu jangan pula ketinggalan ngomong secukupnya aja dengan intonasi berat dan ngebas biar dapat efek gahar.
Baca Juga: 5 Tempat Nongkrong di Bandar Lampung yang Hits dan Instagramable
Kalau sukses menjalankan kiat praktis itu, dipastikan duit bakal segera dikantongi, Dream come true! dan persetan dengan gerundelan para korbannya yang merasa seperti abis mimpi buruk disiang bolong.
Sungguh, sepakterjang oknum yang bersembunyi di balik upeti uang kebersihan itu tak ubahnya jelangkung, datangnya tak diundang sekaligus bikin jantungan lalu bikin uang hilang dan hati pun tak senang.
Oalah….apakah nasib orang kecil memang selalu begitu? Selalu ada saja yang membuyarkan ekspektasi indahnya.
Baca Juga: Daftar 5 Tempat Wisata Paling Populer di Lampung Tahun 2021
Nah, kalau kita menemui situasi tidak mengenakkan serupa itu, lantas sikap apa yang perlu diambil biar terhindar dari oknum yang sama menakutkannya dengan dedemit itu?
Saya tak ingin menjawabnya secara langsung, selain saya memang bukan praktisi konsultasi. Tapi akan lebih ngena rasanya kalau saya yang bercerita dan para pembaca yang menyimpulkan, biar kayak tagline teve swasta, gitu.