YOGYAKARTA, ASPIRASIKU — Di tengah riuh tepuk tangan ribuan orang tua dan lulusan di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (26/8) lalu, nama Stephani Gabriella Wijayawati ikut dipanggil sebagai salah satu wisudawan.
Bagi perempuan berusia 21 tahun asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, momen ini bukan sekadar seremoni kelulusan.
Ia berhasil menorehkan capaian yang langka: menyelesaikan studi sarjana hukum selama empat tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, 4.00.
Raihan ini terasa kian istimewa mengingat rata-rata IPK lulusan Program Sarjana UGM periode tersebut adalah 3,59. Stephani pun tak menutupi rasa syukurnya.
“Sebenarnya perjuangan IPK 4.00 itu tidak sengaja, saya hanya berusaha membanggakan orang tua saja dan mencoba menenangkan mereka bahwa saya diberi kesempatan untuk kuliah dan saya sudah menggunakannya sebaik mungkin,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (28/8).
Dari Sumbawa ke Yogyakarta
Bagi Stephani, kuliah di perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa adalah sebuah kesempatan besar yang tidak dimiliki semua teman sebayanya di kampung halaman.
Banyak dari mereka, katanya, harus berhenti kuliah di tengah jalan karena terbentur ekonomi.
“Saya mencoba mengingat bahwa setiap langkah saya di Pulau Jawa itu dibayar mahal oleh orang tua saya, sehingga tidak boleh bagi saya untuk semena-mena menggunakan kesempatan tersebut,” tuturnya.
Kesadaran itu membuatnya menjadikan pendidikan sebagai tanggung jawab yang dijalani sepenuh hati.
Tekad untuk mengoptimalkan setiap peluang menjadi bahan bakar utama perjalanan akademiknya.
Suka Tantangan dan Kompetisi