ASPIRASIKU - Jalanan kecil berbatu di Dusun Tegalweru, Kemalang, Klaten, menjadi saksi bisu perjuangan seorang gadis remaja yang tak pernah menyerah pada keadaan.
Hidup di dusun kecil di lereng Gunung Merapi tak membuat Devita Febrianisa kehilangan nyali untuk bermimpi besar.
Devita Febrianisa, anak semata wayang dari pasangan sopir truk pasir dan penjahit rumahan, baru saja mencatat sejarah dalam hidupnya: diterima di Universitas Gadjah Mada melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB) dengan pembebasan UKT 100 persen.
Kini, ia resmi menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada, membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk meraih cita-cita.
Perjalanan Devita menuju kampus impian tak selalu mulus. Penolakan dari beberapa universitas sempat menampar semangatnya. Tapi bukan Devita namanya kalau mudah menyerah.
“Kalau saya mau nyerah, saya selalu ingat ada orang yang pengen saya selalu berhasil. Pengen hidup saya lebih baik dari mereka,” ucap Devita dengan mata berkaca-kaca.
Belajar di Tengah Keterbatasan
Ayahnya, Rejono, saban hari mengendarai truk mengambil pasir di Kali Gendol. Sementara ibunya, Surati, sibuk menjahit pakaian pesanan tetangga.
Baca Juga: Melihat Pertanian Organik Tenaga Surya, Inovasi Mahasiswa UGM Saat KKN di Tengah Kota Yogyakarta
Pendidikan mereka hanya sampai bangku SD. Namun cinta dan semangat yang mereka berikan tak pernah terbatas. “Kami cuma bisa kasih semangat dan doa. Alhamdulillah anak kami bisa kuliah di UGM,” ujar Rejono, terisak.
Devita pun menjadikan kondisi keluarganya sebagai bahan bakar untuk berjuang. Saat bersekolah di MAN 2 Sleman, ia membuktikan kapasitasnya sebagai pelajar unggulan.
Tak hanya aktif dalam kegiatan rohis dan riset, Devita juga berhasil mengoleksi berbagai prestasi membanggakan.
Baca Juga: Mensesneg Bantah Isu Pergantian Mendagri: Jangan Bikin Isu, Nggak Masuk Logika!