Almera juga mulai mengenal indahnya cinta hingga ia semakin jauh dengan Allah lupa kepada ibu dan sahabatnya yang ada di kampung halamannya
Pada suatu malam yang dingin, langit yang sedikit mendung hingga bintang enggan menampak kan cahayanya yang indah, Almera baru pulang dari kampusnya sekitar pukul 07.30 Almera di jemput oleh kekasihnya yang bernama ANGGA, semenjak tinggal di Bandung Almera berubah menjadi gadis yang cantik, namun ia lupa dengan kebiasaan nya sewaktu ia tinggal di desa.
Dia lupa kepada Allah dan ia juga lupa bahwa ia memiliki ibu yang sudah tua dan rentan di kampung halamanya Almera juga mejadi anak yang mengikuti alurnya zaman hingga ia lupa akan kesederhanaan nya saat di desa.
“Gua anter pulang ya mer?” Angga kekasih Almera dating menjemput Almera dengan mobilnya.
“Iya deh capek banget gw ngampus sampai malem gini,” dengan wajah yang sangat lesu Almera pulang Bersama Angga.
Angga adalah seorang pria yang tampan juga kaya raya, baru enam bulan lamanya Almera dan Angga menjalani hubungan.
Sesampainya di kos-kosan Almera, ”gua langsung pulang ya udah malem, langsung tidur mer besok gua jemput lagi oke!” seraya tersenyum kepada Almera si gadis pujaan hatinya itu.
“Oke,” Almera mengangguk seraya tersenyum kepada Angga, Angga pun segera menyalakan mobilnya lalu meninggalkan Almera sendiri di depan gang kos-kosannya.
Tak butuh waktu lama Almera cepat-cepat berjalan menuju kos-kosannya, jalan yang tidak terlalu jauh sampailah ia di depan pintu kos-kosanya, tak butuh waktu lama ia langsung masuk ke kamar yang tidak terlalu besar namun ia bersyukur bisa tinggal di tempat itu.
Almera meletakkan semua alat-alat kuliahnya di atas meja dan membiarkan tubuhnya berbaring di atas kasur yang sedikit tidak nyaman jika untuk menghilangkan kantuk dan lelahnya tanpa di sadari Almera tertidur tanpa melaksanakan sholat maghrib dan isya Almera tertidur hingga ia terbawa di dalam mimpi.
“Tidak tidak ibu..ibu.. jangan bu jangan Almera sayang sama ibu jangan bu,” sambal berteriak dan bercucuran keringat Almera terpelonjak bangun dari tidur dan mimpinya dan mimpinya yang mengerikan.
“Astaghfirullah (napasnya tersenggal) Cuma mimpi,“ tangan Almera mengipaskan rambutnya dan mengelap keringat di keningnya yang bercucuran tanpa sadar seperti mimpi itu nyata.
Almera menitikan air matanya. Lalu teringat pada ibunya, “ibu!” bisik Almera sambil terisak tangis.