Namun dirinya harus tetap tegar dan berkata kepada Nara, bahwa ayahnya mengundur kepulangannya dan Nara menjalani operasi mata.
Setelah Nara dapat melihat, dirinya bertanya, dimana ayahnya dan mengapa ayahnya tidak menelpon saat Nara tertidur dirumah sakit.
Nara, gadis yang periang, kali ini dapat melihat, namun apa yang dirinya lihat adalah gundukan tanah tempat ayahnya dimakamkan.
Nara menangis sejadi-jadinya, tidak menyangka bahwa sang ayah adalah sosok yang memberikan kado terindah untuknya.
Dirinya hanya bisa diam seribu Bahasa saat melihat sang ayah yang sudah ditanam didalam gundukan tanah dan berkata “Terimakasih ayah”. ***