Ia merasa lingkungan Fakultas Kedokteran UGM cukup inklusif, sehingga membantunya cepat merasa diterima.
Baca Juga: Gadis Muda Ini Jualan Snack Sehat di Car Free Day Bandar Lampung, Tawarkan Kukusan Murah dan Bergizi
Benih Cita-cita dari Rumah Sakit
Ketertarikan Farras pada dunia medis tumbuh secara alami. Sejak kecil, ia kerap menemani ibunya bekerja di rumah sakit dan membantu di klinik keluarga.
Lingkungan itu membuatnya akrab dengan suasana pelayanan kesehatan, sekaligus memupuk keinginannya untuk menjadi dokter dan suatu hari kembali pulang ke Lampung.
“Saya ingin jadi dokter agar tingkat layanan kesehatan di Indonesia bisa lebih merata,” ujarnya.
Tak Hanya Akademik: Organisasi dan Pengalaman Lapangan
Meski fokus berkuliah, Farras tetap menjaga keseimbangan dengan bergabung dalam berbagai organisasi seperti Asian Medical Students Association (AMSA) dan Center for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA).
Baca Juga: Bonjowi Desak UGM Serahkan Salinan Tanda Terima Ijazah Jokowi, Hakim KIP Perintahkan Uji Konsekuensi
Dua ruang ini menjadi tempatnya memperluas wawasan, membangun jejaring, dan belajar hal-hal baru di luar kelas.
Salah satu momen yang paling berkesan baginya adalah ketika mendapat kesempatan masuk ke ruang operasi kecil bersama seorang dokter ortopedi.
“Itu momen paling berharga. Baru awal-awal kuliah, terus bisa lihat langsung bagaimana ruang Operasi Kecil bekerja,” katanya dengan mata berbinar.
Pesan untuk Generasi Muda
Bagi Farras, garis akhir pendidikan sarjana bukan sekadar pencapaian personal. Ini adalah pengingat bahwa setiap orang punya waktunya sendiri untuk tumbuh.
Baca Juga: Viral Video Wisuda UI: Rektor Tantang Wisudawan Galang Dana Rp8 Miliar, Netizen Pro-Kontra