ASPIRASIKU - Derai tepuk tangan memenuhi Grha Sabha Pramana, Selasa (21/10) lalu.
Di tengah barisan toga hitam dan senyum bahagia para wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM), tampak sosok muda dengan mata berbinar—Amanda Eka Lupita.
Perempuan berusia 22 tahun 6 bulan itu resmi menyandang gelar magister dan mencatatkan namanya sebagai lulusan termuda program pascasarjana UGM tahun ini.
Di antara 2.028 lulusan magister, Amanda menjadi salah satu yang paling mencuri perhatian.
Baca Juga: 374 Ribu Guru Masih Kurang, Kemendikdasmen Luncurkan Redistribusi Guru ASN di Seluruh Indonesia
Ia berhasil menyelesaikan studi Magister Ilmu Hama Tanaman Fakultas Pertanian UGM hanya dalam waktu 1 tahun 11 bulan, melalui skema fast-track—program percepatan bagi mahasiswa berprestasi yang memungkinkan menempuh pendidikan S1 dan S2 secara berkelanjutan.
Belajar dari Proses, Bukan Sekadar Hasil
Meski menyandang predikat lulusan termuda, Amanda tak pernah menargetkan diri untuk lulus cepat.
Namun di balik pencapaian gemilang itu, Amanda tak menampik perjalanan akademiknya penuh tantangan.
Pencapaian ini menjadi titik balik bagi Amanda. Jika dulu ia hanya fokus pada hasil dan kecepatan, kini ia justru menikmati setiap proses pembelajaran.
“Itu jadi titik balik saya, dari yang awalnya fokus pada hasil dan ingin semuanya cepat selesai, sekarang justru menikmati perjalanan dan proses belajarnya,” ungkapnya.
Amanda tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang. Prinsip itu menjadi pegangan kuat di setiap langkahnya.
“Jangan lihat gunung dari puncaknya, tapi teruslah melangkah pelan-pelan. Dari situ saya sadar, penelitian bukan soal hasil, tapi tentang menikmati proses belajar dan terus berkembang,” ungkapnya.