Seperti hidupku akan berhenti dan hanya berjalan di tempat bila sudah menikah dengan dia. Menurutku pernikahan harusnya didasari rasa cinta dan menjadi suatu tempat dimana aku dan pasangan sama-sama saling bertumbuh secara pribadi maupun sebagai keluarga.
Aku juga takut kalau saat itu aku menikah dengan pria yang aku tak cinta, bisa jadi suatu saat nanti aku ketemu dengan pria lain yang membuatku jatuh cinta.
Kalau itu terjadi, aku mungkin akan tergoda untuk selingkuh. Tapi aku juga tak ingin melakukan hal itu. Menurut keyakinanku, pernikahan adalah suatu ikatan yang sakral karena berisi perjanjian antara suami istri dengan Tuhan.
Masa mau dipermainkan dengan penghianatan? Aku juga tak ingin menyakiti siapapun. Termasuk pria yang baik ini.
Masalahnya, dia adalah satu-satunya pria yang serius ngajakin aku nikah. Aku takut kalau aku menolaknya, saat umurku udah segitu, tar gimana kalau gak ada lagi yang ngajakin nikah?
Aku bisa-bisa tak menikah seumur hidup! Apa kata dunia? Keluargaku akan malu banget punya anggota keluarga yang belum nikah! Semua pertimbangan itu sangat menggalaukan pikiranku.
Di tengah kegalauan itu, ada kejadian yang akhirnya memberikanku pengertian baru. Salah satu anak tetanggaku meninggal karena suatu penyakit. Anak ini masih SD dan umurnya sekitar 12 tahun.
Dia dikenal sebagai anak yang baik di antara teman-temannya. Dia bercita-cita jadi pendeta kalo udah besar nanti. Tapi Tuhan punya rencana lain. Tuhan memanggilnya pulang dan mungkin berpikir bahwa tugasnya di bumi udah selesai.
Aku merasa tertegur oleh kejadian itu. Anak ini masih umur 12 tahun udah dipanggil pulang oleh Tuhan. Aku saat itu udah 32 tahun.
Tentulah Tuhan punya maksud dan tujuan sehingga masih mengijinkanku hidup sampai saat ini. Terus kenapa aku malah mengisi hidupku dengan hanya fokus mikirin nikah?
Sibuk sana sini cari jodoh, sibuk dengan pikiran yang tertekan dan galau akan apa kata orang...
Apakah hanya untuk ini aku masih dikasih umur panjang? Padahal aku punya banyak peran lain juga yang aku harus lakukan.
Waktu itu aku juga dengar kotbah yang berkata, hidup kita adalah milik Tuhan. Tuhan punya maksud dan tujuan untuk hidup setiap orang.
Ada yang dipanggil untuk menikah ada juga yang tidak. Sesuai dengan tujuan Tuhan menciptakannya. Kalau menurut Tuhan untuk mencapai tujuan itu kita perlu jodoh, maka Tuhan kasih jodoh.
Kalau nggak? Yah berarti gak perlu dikasih jodoh. Fokuslah untuk mencari dan melakukan kehendak Tuhan.