Naik Gunung karena FOMO: Panggilan Alam atau Sekadar Ajang Validasi?

photo author
- Senin, 23 Juni 2025 | 18:53 WIB
Matahari Terbenam di Gunung Pesawaran, Lampung. (Dok.Istimewa)
Matahari Terbenam di Gunung Pesawaran, Lampung. (Dok.Istimewa)

Naik Gunung karena FOMO

Sering mendengar FOMO (Fear of Missing Out). Banyak yang akhirnya memutuskan untuk mendaki hanya karena “semua orang juga lagi naik gunung.” Takut dianggap tidak gaul, takut gak punya cerita, atau takut tidak punya “bukti” petualangan di media sosial.

Padahal, ketika motivasi datang dari rasa takut ketinggalan, bukan dari keinginan yang tulus, pendakian dapat kehilangan makna, bahkan bisa menjadi berbahaya. Mereka yang naik hanya karena FOMO sering kali mengabaikan pentingnya persiapan fisik, pemahaman medan, serta aspek keselamatan lainnya. Tujuan utamanya bukan lagi “merasakan,” melainkan “mengikuti” dan “mengabadikan.

Mendakilah bukan hanya demi konten, tapi demi koneksi dengan alam, dengan orang lain, dan dengan diri sendiri.

Baca Juga: Mengapa Pendidikan Nilai Menjadi Aspek Penting dalam Sistem Pendidikan Saat Ini? Alasannya...

Butuh Edukasi dan Kesadaran Kolektif

Fenomena ini bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga menjadi panggilan bagi komunitas pendaki, pengelola jalur gunung, dan bahkan influencer pendakian untuk bisa memberikan contoh yang benar. Edukasi soal manajemen risiko, teknik dasar navigasi, etika mendaki, dan pelestarian alam harus terus digaungkan.

Pendakian seharusnya menjadi ajang refleksi, bukan validasi. Ketika seseorang mendaki dengan niat yang benar, pengetahuan yang cukup, serta sikap hormat terhadap alam, maka pengalaman yang didapat jauh lebih berharga daripada sekadar likes dan komentar.

Naik gunung dapat menjadi pengalaman yang sangat bermakna dan membentuk karakter. Tapi mari kita jujur pada diri sendiri, apakah kita naik gunung karena benar-benar ingin menyatu dengan alam, atau hanya ingin terlihat keren?

Gunung akan selalu ada. Tapi keselamatan, pengetahuan, dan kesadaran tidak bisa ditunda. Maka dari itu, sebelum mendaki, pastikan kita tahu apa yang kita hadapi. Bukan untuk diakui, tapi untuk bertumbuh.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Puja Arrahman

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menggerakkan Roda Literasi Masyarakat

Jumat, 7 November 2025 | 18:37 WIB

DEMONSTRASI: AKUMULASI KEKECEWAAN RAKYAT

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 15:02 WIB

MARWAH KAMPUS TUMBANG LEWAT IZIN TAMBANG

Selasa, 28 Januari 2025 | 06:00 WIB

Penyebab Banjir di Bandar Lampung Pure Cuaca Ekstrem?

Senin, 26 Februari 2024 | 13:00 WIB

Pesan Penting untuk Anakku....

Selasa, 16 Januari 2024 | 20:32 WIB

Harap-harap Cemas PON Lampung

Senin, 27 November 2023 | 19:56 WIB
X