ASPIRASIKU - Dalam setiap perayaan Tri Hari Suci umat Katolik, terutama saat Jumat Agung, ada satu tradisi visual yang sangat menyentuh dan menggugah emosi: Tablo Jalan Salib.
Di banyak gereja, terutama di Indonesia, tablo menjadi cara istimewa untuk menghidupkan kembali kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus melalui drama yang diperankan langsung oleh umat.
Bagi umat Katolik, tablo bukan sekadar pertunjukan, melainkan pengalaman iman yang mendalam dan reflektif.
Lalu, apa sebenarnya tablo itu? Apa maknanya dalam kehidupan rohani umat Katolik? Dan mengapa tablo begitu penting dalam liturgi Jumat Agung?
Baca Juga: 7 Tradisi Unik Paskah di Indonesia Perpaduan Iman dan Budaya yang Bikin Terharu dan Bangga
Apa Itu Tablo?
Tablo berasal dari kata Prancis tableau yang berarti “lukisan hidup” atau “adegan diam.”
Dalam konteks Katolik, tablo adalah dramatika visual yang menggambarkan kisah sengsara Kristus, biasanya melalui 14 perhentian Jalan Salib, dimulai dari Yesus dijatuhi hukuman mati hingga dimakamkan di liang kubur.
Tablo tidak menggunakan banyak dialog, melainkan lebih pada ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan simbol-simbol liturgi, diiringi narasi, musik, atau renungan yang menghidupkan suasana.
Beberapa gereja menyajikan tablo dalam bentuk drama teatrikal penuh, sementara yang lain menyajikannya sebagai adegan statis yang dihidupkan dengan cahaya dan narasi.
Makna Spiritualitas Tablo
Tablo bukan sekadar pertunjukan seni. Makna spiritual dari tablo sangat dalam karena mengajak umat untuk “mengalami ulang” penderitaan Kristus, bukan hanya dengan pikiran, tetapi dengan perasaan dan panca indera.
Dalam tradisi Katolik, merenungkan sengsara Kristus adalah bagian penting dalam memahami kasih-Nya yang begitu besar bagi umat manusia.
Melalui tablo, umat diajak untuk: