ASPIRASIKU - Usai perayaan Idulfitri , sebagian masyarakat Muslim di Indonesia melakukan sebuah tradisi yang biasa disebut Kupatan atau lebaran Ketupat.
Kupatan umumnya dilakukan di hari ke delapan Bulan Sawal. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka penutupan ibadah Ramadhan serta puasa Syawal.
Kupatan bukan sekedar pesta makan ketupat. Kupatan mengandung makna sosial, spiritual, dan budaya.
Baca Juga: Sering Tumbang Setelah Lebaran? Berikut Cara Mengatasinya
Bahkan Kupatan telah menjadi salah satu kearifan lokal dan memperkuat identitas Islam Nusantara.
Sunan Kalijaga, salah sat dari Wali Songo merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan Kupatan. Hal ini dilakukan pada masa penyebaran Islam di tanah Jawa.
Ketupat digunakan sebagai media dakwah dengan mengaitkan nilai-nilai keislaman yang dibalut dengan budaya.
Baca Juga: Angka Kecelakaan Turun Saat Mudik Lebaran 2025 di Lampung
Dilansir dari NU Online, Sunan Kalijaga mengenalkan istilah “Ngaku Lepat” (mengakui kesalahan) dan “Laku Papat” (empat tindakan) yang menjadi dasar filosofis dari tradisi Kupatan.
Empat laku itu adalah:
1. Lebaran: menandai kemenangan setelah Ramadhan.
2. Luberan: mengajak untuk saling berbagi.
3. Leburan: Saling memaafkan antar sesama.
4. Laburan: membersihkan diri lahir dan batin.
Makna Filosofis Ketupat:
Ketupat memiliki makna yang mendalam. Dilansir dari Liputan6.com, anyaman janur yang membungkus ketupat mencerminkan kesalahan dan dosa manusia yang rumit.
Baca Juga: Dukung Kelancaran Arus Balik, BRI Dirikan Posko Mudik BUMN di Titik Strategis