Kenapa? Karena pada Jumat Agung:
1. Yesus mengalami puncak penderitaan-Nya.
2. Ia disalibkan dan wafat demi keselamatan manusia.
Ini adalah momen yang paling menyayat hati dan paling sakral dalam seluruh sejarah keselamatan.
Umat diminta untuk ikut berpuasa bersama Kristus, merenungkan sengsara-Nya, dan mempersiapkan diri menyambut sukacita kebangkitan yang akan datang dua hari kemudian.
Atmosfer Keheningan dan Kesakralan
Jumat Agung bukan hanya ditandai dengan puasa secara jasmani, tetapi juga keheningan batin.
Di banyak tempat:
1. Radio dan televisi Katolik tidak memutar lagu-lagu meriah.
2. Aktivitas hiburan dikurangi.
3. Jalan Salib diadakan pagi hari untuk merenungkan setiap langkah Yesus menuju Kalvari.
4. Gereja juga melaksanakan prosesi Penciuman Salib, di mana umat dipersilakan datang ke depan dan mencium salib sebagai bentuk penghormatan terhadap Kristus yang wafat.
Hal itu sebagai penanda untuk mengajak setiap umat menyadari:
“Aku turut bersedih atas luka-Mu, ya Tuhan. Ini semua karena cintamu yang besar padaku.”