Meski demikian, pengunjung wajib menaati aturan adat yang ketat. Masyarakat Badui sangat menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari warisan leluhur.
Larangan buang sampah sembarangan, memangkas pohon, hingga berenang di Sungai Ciujung harus benar-benar dipatuhi.
“Menjaga hutan adalah kewajiban kami, sebab alam adalah pelindung manusia dari bencana,” tegas Medi.
Baca Juga: Cari Kerja Jadi Lebih Mudah? Aturan Baru Ini Hapus Diskriminasi Usia
Wisata budaya ini tidak hanya soal petualangan fisik, tetapi juga menyentuh sisi spiritual dan edukatif.
Sudarmono (45), pengunjung asal Tangerang, mengaku terkesan dengan kekuatan jembatan Gajeboh yang terbuat dari tali aren, namun mampu menahan puluhan orang sekaligus.
“Kami ke sini bukan cuma jalan kaki, tapi juga bersilaturahmi dengan warga Badui dan belajar tentang hidup selaras dengan alam,” ujarnya.
Dengan total 16.500 kepala keluarga tersebar di 68 kampung, masyarakat Badui tetap teguh menjaga adat di tengah arus modernisasi.
Mereka membuktikan bahwa kearifan lokal bisa menjadi daya tarik pariwisata yang tak lekang waktu—asal semua pihak tahu cara menghormatinya.***