SIDOARJO, ASPIRASIKU — Tepuk tangan membahana di Auditorium Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) pada Sabtu, 26 Juli 2025.
Di antara para wisudawan yang berdiri dengan bangga, sosok Iqbal Wi’an Putra tampak berbeda. Ia melangkah perlahan, tubuh sebelah kirinya tampak kaku.
Tapi sorot matanya tajam, penuh tekad. Di hadapan ribuan orang, ia menyampaikan pesan dan kesan wisudawan—bukan sekadar sebagai perwakilan angkatan, tapi sebagai simbol harapan.
Masa Kecil yang Direnggut Peluru
Iqbal lahir di Kalimantan Timur dan tumbuh dalam keluarga sederhana yang hangat dan religius. Namun semua berubah drastis saat ia berusia empat tahun.
Baca Juga: Kisah dr. Elza Amelia Firdaus, Dokter Muda UIN Jakarta yang Mengabdi di Tanah Suci
Dalam sebuah operasi penangkapan di Bontang Selatan, peluru nyasar menembus kepalanya ketika ia sedang tertidur.
Insiden itu membuat tubuh bagian kirinya lumpuh permanen.
Namun, di tengah derita, Iqbal tidak menyerah. Dengan segala keterbatasan fisik, ia mengejar ilmu dan menghafal Al-Qur’an.
Ia tak hanya menjadi seorang Hafiz 30 juz, tetapi juga tampil sebagai juara dalam berbagai ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan lomba ilmiah.
Langkah Kecil di Kampus, Prestasi Besar di Mata Dunia
Saat menjadi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Umsida, Iqbal dikenal sebagai sosok yang aktif, produktif, dan rendah hati.
Ia memenangkan berbagai perlombaan: juara hafalan 100 hadits dengan sanad, juara 3 Musabaqah Fahmil Quran Mahasiswa, hingga juara harapan 3 Seleksi Dakwah Nasional.