Kisah Tim KKN UGM Merintis Rainis dalam Tradisi Peletakan Batu Pertama di Ujung Utara Negeri

photo author
- Senin, 14 Juli 2025 | 11:00 WIB
Tim KKN UGM di Kepulauan Talaud (ugm.ac.id)
Tim KKN UGM di Kepulauan Talaud (ugm.ac.id)

ASPIRASIKU - Matahari belum tinggi saat ratusan warga Desa Alo mulai berdatangan ke sebuah lahan kosong di sudut kampung.

Suara semangat terdengar di sela denting alat kerja, campuran semen, dan doa-doa yang dipanjatkan khusyuk.

Di tengah keramaian itu, tampak sejumlah mahasiswa mengenakan jaket almamater kebanggaan—anggota Tim KKN-PPM UGM Merintis Rainis 2025 yang tengah menjalankan pengabdian di wilayah 3T, terluar dari jantung Nusantara.

Baca Juga: BRI Perkuat Ekosistem UMKM Lewat Program Klasterku Hidupku, Sudah Berdayakan 41 Ribu Klaster Usaha

Hari Selasa, 7 Juli 2025 itu menjadi hari yang tidak akan dilupakan oleh tim mahasiswa UGM.

Mereka turut terlibat dalam sebuah prosesi sakral sekaligus hangat—tradisi peletakan batu pertama pembangunan rumah warga, yang bukan hanya menandai awal berdirinya hunian baru, tetapi juga menjadi momen kolaborasi antara masyarakat, adat, agama, dan pemerintah lokal.

“Sinergi masyarakat di Desa Alo sangat kuat. Hampir 100 warga meninggalkan pekerjaan mereka hari itu hanya untuk bersama-sama menyusun batu dan membangun pondasi rumah,” tutur Nabil, salah satu anggota tim KKN, saat ditemui pada Jumat (11/7).

“Kami sangat terharu melihat bagaimana semangat gotong royong masih menjadi nadi utama kehidupan di sini.”

Baca Juga: Jokowi Selesai Liburan Bersama Cucu, Ajudan Bantah Foto di Pantai Hasil Editan

Gotong Royong, Pilar Hidup yang Nyata

Tradisi peletakan batu pertama di Talaud bukan sekadar simbolik. Warga berkumpul dalam jumlah besar hanya pada hari pertama pembangunan, memberikan bantuan fisik dan spiritual sebelum proses konstruksi dilanjutkan oleh tukang atau pihak terkait.

Mereka bahu-membahu: ada yang mengaduk semen, menata besi, hingga menyusun batu-batu pertama. Semua dilakukan dalam satu hari.

Bagi para mahasiswa, prosesi itu tidak hanya menjadi ajang membantu warga secara fisik, tetapi juga membuka ruang perenungan tentang makna sosial yang lebih dalam.

“Yang kami pelajari bukan hanya cara membangun pondasi rumah, tapi bagaimana membangun pondasi masyarakat melalui kebersamaan,” kata Nabil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Sumber: ugm.ac.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X