Ramadhan, Kota dan Manusia Gerobak Bersemak di Jalan Raya

photo author
- Minggu, 27 Maret 2022 | 07:00 WIB
Dok. Fenomena manusia gerobak di Bandar Lampung. (Aspirasiku/Adi Gunawan)
Dok. Fenomena manusia gerobak di Bandar Lampung. (Aspirasiku/Adi Gunawan)

ASPIRASIKU - Dewasa ini keadaan sosial di Indonesia masih menjadi sorotan tajam. Namun yang begitu mencolok yaitu adanya kesenjangan sosial. Seperti manusia gerobak, sebuah fenomena langganan di bulan Ramadhan.

Selain gelandangan dan pengemis, adanya fenomena manusia gerobak menjadi bukti nyata keberadaan para penyintas masalah kesejahteraan sosial yang semakin meningkat. Terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Bila diamati fenomena manusia gerobak akan mulai nampak pada kalanya memasuki bulan Ramadhan. Semakin mendekati Hari Raya Idul Fitri, jumlah penyintas ini akan terus meningkat berkali lipat.

Baca Juga: Link Nonton Twenty Five Twenty One Episode 14 hingga 16 Subtitle Indonesia, Jadwal, dan Jam Tayangnya

Tentu pemandangan yang kurang mengenakkan seperti itu hanya terjadi di kota-kota besar. Di Kota Bandar Lampung misalnya, melihat fenomena tahun sebelumnya, puluhan hingga ratusan manusia gerobak berbaris rapih di jalan protokol.

Motif manusia gerobak sendiri tidak lain adalah mengharapkan perhatian dermawan. Faktor ekonomi, lingkungan, pandemi hingga alih profesi, menjadi hal yang utama bila pertanyaan menghujani mereka.

Bahkan tidak sedikit manusia gerobak membawa anak-anak untuk menarik empati para pengendara.

Dok. Fenomena manusia gerobak di Bandar Lampung.
Dok. Fenomena manusia gerobak di Bandar Lampung. (Aspirasiku/Adi Gunawan)
Bicara konstruksi realitas sosial pada fenomena manusia gerobak ini, Berger dan Luckman menyebutkan bahwa seseorang hidup dalam kehidupannya mengembangkan suatu perilaku
yang repetitif, yang mereka sebut sebagai “kebiasaan” (habits). Kebiasaan ini memungkinkan seseorang mengatasi sesuatu situasi secara otomatis. (Kuswarno, 2009: 112).

Sementara istilah manusia gerobak sendiri sejatinya ditujukan bagi para tunawisma yang memilih hidup di jalan raya. Mengumpulkan barang bekas dengan sebuah gerobak adalah mata pencaharian utamanya.

Baca Juga: Kabar Duka, Drummer Foo Fighters Taylor Hawkins Meninggal Dunia

Namun, motif manusia gerobak di bulan Ramadhan adalah modus belaka. Apabila disandingkan dengan seorang pemulung, hal yang membuatnya berbeda yaitu perilaku.

Dimana pada umumnya pemulung akan berkumpul ketika sebuah acara besar digelar. Mereka menanti jejak-jejak barang bekas yang tergeletak dan menjualnya kembali nanti.

Dok. Fenomena manusia gerobak di Bandar Lampung.
Dok. Fenomena manusia gerobak di Bandar Lampung. (Aspirasiku/Adi Gunawan)
Sedangkan fenomena manusia gerobak di bulan Ramadhan tidak melakukan aktivitas apapun, selain duduk diatas trotoar dan menanti seorang menghampiri, baik pengendara maupun pejalan kaki.

Mereka akan lebih banyak muncul di sore hari dengan dua tipe properti yang digunakan; gerobak dan karung, plus dengan pakaian lusuhnya.

Padahal, untuk efektifitas mengumpulkan barang bekas, seperti pada umumnya pemulung akan berkeliling kota di waktu fajar, lepas adzan subuh berkumandang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Adi Gunawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menggerakkan Roda Literasi Masyarakat

Jumat, 7 November 2025 | 18:37 WIB

DEMONSTRASI: AKUMULASI KEKECEWAAN RAKYAT

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 15:02 WIB

MARWAH KAMPUS TUMBANG LEWAT IZIN TAMBANG

Selasa, 28 Januari 2025 | 06:00 WIB

Penyebab Banjir di Bandar Lampung Pure Cuaca Ekstrem?

Senin, 26 Februari 2024 | 13:00 WIB

Pesan Penting untuk Anakku....

Selasa, 16 Januari 2024 | 20:32 WIB

Harap-harap Cemas PON Lampung

Senin, 27 November 2023 | 19:56 WIB
X