Ada papa, mama, dan dedek Kya. Ada juga oppung, tulang, tante, nenek, bou, lae dan masih banyak lagi yang mau berteman dan sayang padanya.
Aku ajarkan Keano agar jangan mau jadi pengemis pertemanan. Kalau ada yang mau berteman denganmu, berbuat baiklah pada mereka. Tapi kalau mereka menjauhimu entah apapun alasannya, entah karena suku, agama, dll. Fuck Them All…!
***
Aku sebenarnya ingin sekali berbagi pengalaman seputar pertemanan sama Keano. Karena aku sudah ‘puas’ dengan lika-liku teman, sahabat atau apapun itu. Tapi aku belum bisa ngajak dia deeptalk karena usianya yang masih balita dan tidak akan ngerti.
Sebagai seorang ayah, aku sedih melihatnya ‘didiskriminasi’ di usianya yang masih sangat belia. Kalau di usia remaja dia alami hal itu, aku sudah bisa ngasih pengertian.
Tapi aku pun tak mau memaksa-maksa anak orang agar mau berteman dengan Keano. Karena pada akhirnya perteman itu akan terbentuk dengan sendirinya atas dasar saling menghargai.
Aku hanya berharap dari pengalaman-pengalaman ini, nanti mentalnya akan semakin kuat. Bisa menghadapi berbagai tantangan berat ke depan. Bertumbuh dan hidup mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain, apalagi sekadar teman.
Pesanku pada Keano, “Nak, kamu lelaki. Kelak akan sendiri. Tubuh dan jiwamu harus kuat. Karena tak ada seseorang pun yang bisa kamu andalkan selain dirimu sendiri…” ***