ASPIRASIKU - Idul Fitri merupakan momentum kemenangan yang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam dengan memiliki cara tersendiri dalam menyambutnya, begitupun masyarakat Jawa yang terbiasa melaksanakan lebaran ketupat atau biasa dikenal dengan Kupatan.
Kata "Ketupat" atau "Kupat" berasal dari kata bahasa Jawa "ngaku lepat" yang berarti "mengakui kesalahan" dan "laku papat" yang berarti empat tindakan, sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.
Dalam pelaksanaan masyarakat Jawa, kupatan diselenggarakan pada hari ke delapan bulan Syawal setelah menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari, yang mana itu satu minggu setelah 1 Syawal.
Baca Juga: 14 Link Twibbon Gratis Hardiknas 2 Mei 2022 : untuk Status WA, Instagram dan Facebook
Ini juga sesuai dengan sunnah nabi, yang mana setelah memperingati Idul Fitri, umat Islam disunnahkan puasa selama 6 hari yang diperingati di Indonesia sebagai bakda kupat.
Tradisi lebaran ketupat konon diperkirakan berasal dari masuknya Islam di tanah Jawa, yakni Sunan Kalijaga adalah yang pertama kali memperkenalkan tradisi itu.
Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yakni bakda lebaran (Idul Fitri) dan bakda kupat (lebaran ketupat).
Baca Juga: Ternyata Bulan Syawal Adalah Waktu Terbaik untuk Menikah! Ini Syarat untuk KUA yang Perlu Dipersiapkan
Kupatan memiliki banyak makna filosofis yang dikandung, seperti bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa.
Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsi "kiblat papat lima pancer", yang memiliki makna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.
Kemudian, kata bahasa Jawa "ngaku lepat" umumnya diimpementasikan dengan tradisi sungkeman di hadapan orang tua yang memiliki arti sebagai bukti cinta dan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya, begitupun sebaliknya.
Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Pemandian Air Panas di Kota Bogor untuk Libur Lebaran 2022 Bersama Keluarga
Prosesi ngaku lepat tidak hanya itu, bisa juga memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh ingga masyarakat muslim lainnya dalam mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan.
Untuk istilah laku papat yang berarti empat tindakan, masyarakat Jawa mengartikannya dengan empat istilah yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran berarti akhir dan usai yang menandakan telah berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan bersiap untuk merayakan hari kemenangan.
Baca Juga: Peringatan Hardiknas 2022, Begini Arahan dari Mendikbud Ristek RI Nadiem Makarim
Luberan memiliki makna meluber atau melimpah seperti air yang tumpah, yang mana itu menggambarkan budaya untuk berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang lebih.
Lalu, leburan memiliki arti adalah momen untuk saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain.
Dan Laburan dipahami bahwa hati seorang muslim haruslah kembali jernih dan putih layaknya sebuah kapur dengan menyimbolkan kejernihan dan kesucian hati yang sebenarnya.
Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat itu mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah memohon ampun dari kesalahan.
Baca Juga: Link Download Gratis Twibbon Hardiknas 2 Mei 2022, Cocok Dibagikan ke WA, IG, dan FB
Sehingga isi dari ketupat diharapkan untuk dijadikan sebagai lambang kemakmuran setelah hari raya serta dianggap sebagai penolak bala.
Biasanya, ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng, yang ternyata ini juga memiliki makna filosofisnya.
Opor ayam menggunakan santan sebagai salah satu bahannya. Santan dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang memiliki makna "pangapunten" alias memohon maaf.
Ketupat sendiri kini telah berkembang dalam dunia kuliner di beberapa daerah. Beberapa jenis ketupat yang ada saat ini diantaranya adalah:
Baca Juga: Hasil Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1443 H, Lebaran 2022 Jatuh Pada Esok Hari
1. Ketupek Katan Kapau
Ketupek katan yang khas Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu. Ketupat ketan ini merupakan versi rebus dari lemang.
Santan yang memiliki teksture kental sekali dan merasuk ke dalam ketupat, sehingga ini dapat dimakan sebagai hidangan dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas.
2. Ketupat Glabed
Kupat Glabed yang merupakan sajian yang sangat populer di kalangan masyarakat Tegal yang memiliki tekstur seperti ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental.
Kata "Glabed" itu sendiri berasal dari ucapan orang Tegal yang mengekspresikan kuah yang kental ini. Glabed-glabed!
Baca Juga: 13 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H Singkat Berbahasa Indonesia yang Menyentuh Hati
Dalam penyajiannya, ketupat dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed serta dapat ditambahkan sambal bila ingin citarasa pedas.
3. Ketupat Betawi (Bebanci)
Masakan khas dan unik dari masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Ketupat bebanci sendiri adalah masakan dengan unsur utama ketupat yang disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu.
4. Ketupat Blegong (Tegal)
Kupat Blengong (Kupat Glabed dengan daging Blengong, Blengong=Keturunan hasil perkawinan Bebek dan Angsa)
Baca Juga: Chord Gitar Lagu Selamat Hari Raya – Ahmad Jais dari Kunci Am
5. Ketupat Bongko (Tegal)
Kupat Bongko adalah Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan.
6. Ketupat Cabuk Rambak (Solo)
Cabuk rambah adalah ketupat nasi yang diiris tipis-tipis dan disiram dengan sedikit sambal wijen.
Dengan memiliki rasa sambal yang khas, sehingga para pecinta sambal yang sangat pedas dan gurih dapat mencoba hidangan ini terlebih lagi disajikan dengan kerupuk nasi yang disebut karak.
Baca Juga: 25 Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas X SMA/SMK Tentang Teks Negoisasi dan Kunci Jawaban
7. Ketupat atau Lontong Sayur
Lontong sayur yang memiliki arti santan kental yang gurih, yang kini mudah dicari di berbagai tempat dikarenakan hidangan ini paling digemari oleh beberapa masyarakat.
Itulah penjelasan mengenal makna tradisi kupatan bagi masyrakat Jawa beserta beberapa jenis kupatan.***