Ji An berada di kantor polisi karena memukuli pria mesum yang masuk ke toilet wanita.
Karena harus menghubungi walinya untuk ditebus, Ji An menelepon Ji Man, sang paman, untuk minta tolong.
Seorang petugas dari Yecheong Police Station menjawab telepon tersebut dan mengabarkan bahwa pamannya telah meninggal dunia.
Baca Juga: ITS Surabaya Buka 1.564 Kursi di Jalur SNBP 2024, INI Daftar Daya Tampung dalam Jenjang S1 dan D4
Adegan berpindah ke satu tahun yang lalu, saat Ji An ngekos karena harus kuliah di Universitas Kyungseo.
Saat pindahan, Jin Man membelikan lemari baju anti peluru, memasang jeruji besi (security bar) di jendela Ji An, padahal gadis itu tinggal di lantai 5.
Ji An cerita kalau atasan tempat dia bekerja paruh waktu mengalami kecelakaan yang membuatnya membayar upah yang seharusnya Ji An dan pekerja lainnya terima.
Lalu Ji An menyadari bahwa yang membuat atasannya masuk rumah sakit adalah Ji Man. Hal terakhir yang Ji Man katakan adalah nomor ID kartu sekolah Ji An.
Adegan berpindah ke saat ini, dimana Ji An diantar oleh seorang sopir taksi yang merupakan teman lama pamannya.
Sopir tersebut bertanya keadaan Ji Man, Ji An menjawab dingin saat bilang kalau Ji Man sudah meninggal.
Baca Juga: Aliansi Advokat Indonesia Daulat Prabowo Subianto sebagai Tokoh Probono Terkemuka
Akhirnya sopir tersebut mengantar keponakan Ji Man ke rumah sakit Hansarang Gyungae, tempat dimana mayat Jin Man ada.
Saat seorang polisi mengonfirmasi identitas Jeong Jin Man, Ji An bingung melihat bahwa sayatan luka di lehernya sepertinya bukan bunuh diri.
Ji An berkata bahwa kematian Jin Man cocok untuknya, misterius dan aneh.