ASPIRASIKU – Berikut ini adalah kumpulan puisi Chairil Anwar yang bertemakan perjuangan dan kemerdekaan.
Puisi-puisi ini cocok untuk dibaca dalam lomba baca puisi HUT RI ke 77 di sekolah. Chairil Anwar merupakan sosok yang tak akan lekang oleh waktu.
Karya-karya puisinya yang mengandung banyak makna seperti cinta, perjuangan, dan kemerdekaan, terus dikenang oleh para pembaca setianya.
Baca Juga: Chord Gitar Lagu Teman Bahagia – Jaz Hayat Dari Kunci G : Percaya Aku Takkan Kemana mana
Dalam rangka menyambut dan mengisi HUT RI ke 77, biasanya para siswa di sekolah akan mengadakan lomba baca puisi dengan tema yang lekat dengan kemerdekaan.
Sebagai tanda ikut mengapresiasi dan berpartisipasi, berikut ini adalah contoh puisi karya Chairil Anwar dengan tema perjuangan dan kemerdekaan yang berhasil Aspirasiku rangkum dari berbagai sumber pada Jum’at, 15 Juli 2022.
Kumpulan puisi ini cocok untuk dijadikan referensi dalam lomba baca puisi di sekolah.
1. Krawang-Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi