ASPIRASIKU – Berangkat dari kecintaannya pada ilmu antropologi sejak di bangku SMA, Prof. Subandi, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), terus mengembangkan pendekatan inovatif dalam terapi kesehatan mental berbasis budaya dan spiritual.
Kombinasi antara latar belakang psikologi dan minatnya yang mendalam pada antropologi telah menjadi dasar kontribusinya dalam penelitian dan inovasi di bidang kesehatan mental.
Mengabdi sebagai akademisi sejak 1986, Prof. Subandi aktif dalam menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang penelitian.
Baca Juga: 7 Kesalahan Guru dalam Mengawali Pelajaran yang Bikin Suasana Kelas Jadi Nggak Kondusif
Salah satu tonggak penting dalam kariernya adalah kolaborasi selama lebih dari 25 tahun dengan Prof. Byron Good, antropolog kesehatan mental dari Harvard University.
“Kolaborasi ini menghasilkan penelitian mendalam tentang kesehatan mental dalam perspektif budaya,” kenangnya.
Selain itu, ia juga bermitra dengan Dr. Julia Howell dari Griffith University, Australia, selama lima tahun.
Baca Juga: Inilah Daftar 10 Jurusan Terketat di ITS pada SNBP 2025! Cek Selengkapnya
Penelitian bersama ini menciptakan model layanan kesehatan mental berbasis budaya dan spiritualitas yang langsung diterapkan melalui pendekatan action research.
Tiga Inovasi Utama dalam Kesehatan Mental
Dari hasil penelitiannya, Prof. Subandi menciptakan tiga inovasi utama:
Model Rujukan Balik di Rumah Sakit Jiwa – Inovasi ini memastikan pasien gangguan jiwa yang selesai dirawat di rumah sakit mendapatkan terapi lanjutan di puskesmas.
Program “Gelimas Jiwa” di Bantul – Melalui pelatihan kader kesehatan mental, program ini melibatkan masyarakat dalam mendampingi pasien dan telah meraih penghargaan dari Kemenpan-RB.