Alhasil, nilai 100 ribu itu berlaku sebagai ribhun (laba) yang ma’lum dan hukumnya adalah boleh. Nah, akad inilah yang dimaksud sebagai murabahah dalam rangkaian akad al-wakalah fi al-murabahah.
Baca Juga: 7 Makanan Ini Bisa Mencerahkan Kulit dari Dalam, dari Yogurt hingga Alpukat, Yuk Cobain!
Paylater menyatakan Keuntungan dengan Persentase
Bunga Di dalam Paylater, pihak penerbit menyediakan istilah bunga terhadap kucuran dana yang diisalurkannya. Tujuan sebenarnya dari penggunaan istilah ini adalah agar memudahkan pihak penerbit dalam menyampaikan keuntungan yang diinginkan.
Secara fiqih, penggunaan istilah ini dapat dibaca sebagai 2, yaitu:
1. Bunga dipandang sebagai ribhun (laba jual beli) yang tidak maklum sehingga berlaku praktik gharar dan jahalah.
Indikasi ini terjadi seiring barang yang dibeli oleh konsumen adalah barang yang sifatnya tidak parsial atau tegas terdiri atas satu barang. Alhasil, persentase itu seolah muncul dari akad qardh-nya, dan bukan timbul dari akad bai’-nya. Itu sebabnya, bunga tersebut dipandang sebagai riba qardhy (riba utang).
2. Bunga itu hanya berlaku sebagai angka kisaran keuntungan yang dikehendaki oleh Penerbit Paylater dari praktik jual beli secara mujazafah (borongan). Alhasil bunga itu lahir dari prinsiip ju’alah.
Gambaran dari akad mujazafah adalah sebagai berikut:
الجزاف ….. وهو بيع الشيء بلا كيل ولا وزن ولا عدد، وإنما بالحزر والتخمين بعد المشاهدة أو الرؤية له …… ومرجعه إلى المساهلة
Artinya: “Jizaf, adalah jual beli sesuatu dengan tanpa takaran, timbangan atau hitungan. Akad ini dilakukan dengan jalan taksiran atau perkiraan setelah melihat barang (secara umum)....Tujuan dasar dari akad ini adalah saling memudahkan penyelesaian.” (Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu li al-Zuhaily. Juz 5, halaman 367)
Baca Juga: Berikut Kumpulan Ucapan HUT RI ke 77: Cocok untuk Para Guru-guru
Akad borongan ini dipandang sebagai boleh oleh fuqaha Hanafiyah, sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Wahbah Al-Zuhaily di atas.***