ASPIRASIKU – Di tengah sorotan dunia dan ribuan umat yang memadati Lapangan Santo Petrus, sejarah baru tercipta.
Minggu, 18 Mei 2025, Kardinal asal Amerika Serikat resmi dilantik sebagai Paus ke-267 dengan nama Leo XIV—sosok pertama dari Negeri Paman Sam yang memegang takhta tertinggi dalam Gereja Katolik.
Pelantikan ini bukan sekadar seremoni sakral, melainkan momen sarat simbol dan makna spiritual yang mendalam.
Dalam prosesi dua jam yang khidmat dan penuh tradisi, Paus Leo XIV menerima pallium—jubah wol domba—sebagai simbol gembala yang mengayomi umat Katolik di seluruh dunia.
Baca Juga: Grup 'Fantasi Sedarah' Viral, Komdigi Blokir 30 Link dan Libatkan Polri
Ia juga mengenakan cincin nelayan, simbol otoritas tertinggi sebagai penerus Santo Petrus, nelayan dari Galilea yang dipercaya sebagai Paus pertama.
“Jangan pernah lagi ada perang!” seru Leo XIV dalam pidato penuh empati yang menggetarkan relung hati umat.
Pidato tersebut, disampaikan saat misa perdananya sebagai Paus pada 9 Mei lalu, menyoroti luka-luka kemanusiaan di berbagai belahan dunia—terutama Ukraina dan Gaza.
Kalimat itu menjadi gema dari komitmen Paus baru terhadap perdamaian global dan rekonsiliasi lintas bangsa.
Baca Juga: Update Terbaru Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi yang Ditangani Polda Metro Jaya
Dari Misionaris ke Tahta Kepausan
Sebelum menduduki posisi tertinggi di Vatikan, Paus Leo XIV memiliki rekam jejak pelayanan yang mengakar kuat.
Ia pernah mengabdi sebagai misionaris dan uskup di Peru, menjalin kedekatan dengan komunitas akar rumput dan minoritas.
Tak heran jika kehadiran Presiden Peru, Dina Boluarte, dalam pelantikannya, bukan hanya sekadar protokoler, melainkan simbol dari perjalanan spiritual dan pengabdian panjang Leo XIV.