ASPIRASIKU - Wafatnya Paus Fransiskus pada 2025 menjadi sorotan dunia, tidak hanya karena perannya sebagai pemimpin spiritual lebih dari satu miliar umat Katolik, tetapi juga karena prosesi pemakamannya yang sarat makna dan tradisi suci yang mendalam.
Pemakaman seorang Paus bukan sekadar prosesi duka biasa, melainkan sebuah rangkaian tradisi yang mengakar dalam sejarah panjang Gereja Katolik.
Salah satu aspek yang paling mencolok dalam prosesi ini adalah penggunaan tiga lapis peti mati yang menyimpan simbolisme spiritual yang dalam.
Masa Sede Vacante dan Protokol Kepausan
Segera setelah wafatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik memasuki periode sede vacante, masa kekosongan takhta suci.
Baca Juga: Kapan UTBK 2025 Dilaksanakan? Ini Jadwal Lengkap UTBK SNBT 2025
Protokol resmi dimulai dengan konfirmasi kematian oleh Camerlengo Gereja Roma Suci, Kardinal Kevin Farrell.
Dalam tradisi kuno, Camerlengo akan memanggil nama baptis Paus tiga kali. Jika tak ada jawaban, ia menyatakan secara resmi bahwa Paus telah tiada.
Setelah pengesahan kematian, langkah simbolis selanjutnya adalah penghancuran Cincin Nelayan, lambang otoritas kepausan yang menandakan berakhirnya masa jabatan sang Paus dan mencegah penyalahgunaan segel resmi.
Masa Berkabung dan Novemdiales
Setelah konfirmasi kematian, pemberitahuan segera dikirim ke seluruh pemimpin Gereja Katolik global, dan masa berkabung pun dimulai.
Baca Juga: Disebut Idap Penyakit Kronis, Paula Verhoeven Diserang Isu HIV! Kuasa Hukum dan Sahabat Buka Suara
Masa ini dikenal sebagai Novemdiales, yang berlangsung selama sembilan hari penuh, diisi dengan misa-misa khusus untuk mengenang dan mendoakan jiwa Paus.
Selama periode sede vacante, tanggung jawab kepemimpinan Gereja dialihkan kepada Kolegium Kardinal, yang mengatur kegiatan administratif Gereja hingga Paus baru dipilih.