Meski bersifat digital, Bitcoin tetap memiliki biaya “produksi” yang besar, terutama dari sisi konsumsi listrik dan peralatan penambangan (mining).
Baca Juga: Libur Tambahan! Pemerintah Rencanakan 18 Agustus 2025 Jadi Hari Libur Nasional Usai HUT RI
“Biaya untuk menciptakan satu Bitcoin hampir mencapai 25.000 USD (sekitar Rp408 juta). Itu belum termasuk alat mining dan infrastrukturnya,” ungkap Oscar.
Dengan adanya biaya tinggi di balik keberadaan kedua aset tersebut, baik emas maupun Bitcoin dinilai memiliki kemampuan mempertahankan nilainya saat gejolak pasar terjadi.
Tak heran jika Bitcoin kini kerap dijuluki sebagai “emas digital” oleh para investor modern.
Meski demikian, Oscar mengingatkan agar para investor tetap memahami risiko masing-masing instrumen investasi.
Baca Juga: Pelajar SMK Tewas Dibacok di Cibiru, Polisi Tangkap Mahasiswa Pelaku Pembunuhan Bermotif Dendam
Ia menekankan pentingnya kesadaran akan volatilitas harga yang dapat terjadi sewaktu-waktu, baik pada emas maupun Bitcoin.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan tren investasi digital, persepsi terhadap Bitcoin sebagai safe haven alternatif tampaknya akan terus menjadi perbincangan hangat di kalangan investor global.***