Yogyakarta, ASPIRASIKU — Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM) dipenuhi keheningan yang sarat makna pada Kamis sore (3/7).
Ratusan sivitas akademika UGM berkumpul dalam doa bersama, mengenang dua mahasiswa terbaiknya, Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo, yang meninggal dalam kecelakaan laut saat menjalankan tugas pengabdian masyarakat di perairan Debut, Maluku Tenggara.
Dipimpin langsung oleh Prof. drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D., suasana doa berlangsung khidmat.
Balairung yang biasanya menjadi pusat dinamika kampus berubah menjadi ruang penuh duka, tempat keluarga besar UGM melepas kepergian dua pemuda tangguh dengan iringan doa dan harapan akan kedamaian abadi.
“Kedua ananda wafat dalam keadaan jihad, berjuang mencari ilmu, karena memperjuangkan kebaikan dalam kehidupan masyarakat,” ucap Prof. Agung, menekankan bahwa perjuangan Septian dan Bagus bukan sekadar tugas akademik, melainkan misi kemanusiaan.
Turut hadir jajaran pimpinan universitas, dosen, tenaga kependidikan, hingga rekan-rekan mahasiswa.
Semua satu suara dalam duka, kehilangan sosok yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, menyampaikan duka mendalam.
“Saya atas nama UGM menyampaikan duka cita. Mereka adalah mahasiswa yang cerdas dan aktif, pemuda yang mendedikasikan dirinya untuk isu lingkungan. Kehilangan ini adalah luka bagi kami semua,” tutur Ova, lirih.
Septian adalah mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, sementara Bagus menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan.
Keduanya tergabung dalam Tim KKN-PPM Unit Manyeuw yang tengah menjalankan program revitalisasi terumbu karang bersama lima mahasiswa lain dan warga lokal.
Namun pada Selasa (1/7), misi mulia itu berubah menjadi tragedi. Perahu speed boat yang mereka tumpangi terbalik dihantam gelombang dan angin kencang.