Guru Hebat, Emosi Terkelola! Bagaimana Anda Sebagai Guru Mengelola Emosi Supaya Bisa Berpengaruh Positif pada Lingkungan Pembelajaran Anda?

photo author
- Senin, 16 Juni 2025 | 21:29 WIB
ILUSTRASI. Rekomendasi Film Terbaik Dalam Peringatan Hari Guru, Cocok Untuk Nonton Bareng. (Unsplash/Mufid Majnun)
ILUSTRASI. Rekomendasi Film Terbaik Dalam Peringatan Hari Guru, Cocok Untuk Nonton Bareng. (Unsplash/Mufid Majnun)

ASPIRASIKU - Dalam dunia pendidikan, seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang baik.

Pengelolaan emosi menjadi bagian krusial dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, aman, dan menyenangkan.

Guru yang mampu mengelola emosinya secara efektif akan lebih siap menghadapi dinamika kelas, tekanan pekerjaan, dan tantangan dalam mendampingi perkembangan peserta didik.

Sebagai guru, saya menyadari bahwa emosi saya dapat memengaruhi suasana belajar secara langsung.

Baca Juga: Dijamin Baper! Puisi Tentang Guru yang Penuh Makna dan Cinta

Ketika saya datang ke kelas dengan perasaan marah, lelah, atau frustasi yang tidak terkendali, maka energi negatif itu sangat mungkin tersalurkan kepada siswa.

Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk menjadikan pengelolaan emosi sebagai bagian dari profesionalisme saya.

Langkah pertama yang saya ambil adalah membangun kesadaran diri—mengenali emosi yang saya rasakan, sumbernya, serta dampaknya terhadap cara saya mengajar.

Untuk menjaga kestabilan emosi, saya memulai hari dengan refleksi singkat. Saya meluangkan waktu beberapa menit sebelum masuk kelas untuk menenangkan pikiran melalui pernapasan dalam, membaca afirmasi positif, atau menuliskan hal-hal yang saya syukuri.

Baca Juga: Konflik Memanas! Iran Gempur Israel, Menhan Israel Ancam Teheran Akan Bayar Mahal

Rutinitas ini membantu saya memulai hari dengan sikap yang lebih tenang dan penuh harapan, sehingga saya bisa menghadapi berbagai situasi di kelas dengan lebih bijak.

Selain itu, saya berusaha untuk menempatkan diri sebagai pendengar yang empatik.

Saat siswa menghadapi masalah atau menunjukkan perilaku yang menantang, saya mencoba memahami sudut pandang mereka terlebih dahulu sebelum bereaksi.

Pendekatan ini tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga membangun kedekatan emosional yang sehat antara saya dan siswa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kuncoro

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X