Pemerintah Akan Terapkan AI dan Coding di SD, Pakar: Jangan Latah dan Abaikan Etika

photo author
- Rabu, 21 Mei 2025 | 07:00 WIB
Ilustrasi Siswa SD Diajarkan Coding dan AI (This_is_Engineering dari Pixabay)
Ilustrasi Siswa SD Diajarkan Coding dan AI (This_is_Engineering dari Pixabay)

ASPIRASIKUPemerintah berencana menerapkan mata pelajaran pilihan Artificial Intelligence (AI) dan coding bagi siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) mulai tahun ajaran 2025/2026.

Kebijakan ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, sebagai upaya mempersiapkan generasi muda yang kompetitif dan mampu bersaing di level global.

Namun, rencana tersebut menuai catatan kritis dari kalangan akademisi.

Peneliti transformasi digital dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Iradat Wirid, menilai pemerintah terlalu tergesa-gesa dan terkesan latah mengikuti tren AI global.

Baca Juga: Cara Bayar Shopee Pakai GoPay, Gampang Banget Tanpa Ribet!

“Pemerintah seharusnya tidak buru-buru. Penyampaian materi AI dan coding harus berjenjang. Jangan langsung ajarkan aplikasi AI ke anak SD, itu bisa jadi bencana,” tegas Iradat.

Ia mengingatkan bahwa pengenalan teknologi tanpa bekal literasi digital, logika, dan etika yang memadai justru berpotensi menimbulkan dampak negatif.

Iradat menyebut ada tiga fondasi penting yang harus menjadi acuan kurikulum AI di tingkat dasar dan menengah.

Pertama, etika. Menurutnya, AI tidak boleh hanya diajarkan sebagai alat canggih, melainkan juga harus dibarengi pemahaman tentang hak, dampak, dan batasan penggunaannya.

Baca Juga: Mantan Ketua PN Rudi Suparmono Terseret Suap Vonis Bebas Ronald Tannur, Ucapkan Kalimat ‘Jangan Lupakan Saya’ Tiga Kali

“Jangan hanya ajarkan cara pakai ChatGPT ke anak SD. Kita bisa melahirkan generasi instan,” ujarnya.

Kedua, literasi digital. Ia menilai pelajar perlu dibekali kemampuan memilah informasi, memahami aturan, dan mengetahui aspek etis serta legal dari penggunaan teknologi.

“Teknologi harus dikendalikan manusia, bukan sebaliknya. Literasi digital adalah kunci,” ungkap Iradat.

Ketiga, kemampuan berpikir kritis. Ia menegaskan bahwa pendidikan AI semestinya mendorong pelajar untuk aktif bertanya, menganalisis, dan memahami dampak teknologi, bukan sekadar menjadi pengguna pasif.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Sumber: ugm.ac.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X