ASPIRASIKU - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan publik setelah mencuat kabar bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) mengembalikan dana hingga Rp70 triliun dari anggaran yang tidak terserap.
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa pun menegaskan bahwa sebagian dana yang dikembalikan tersebut sejatinya belum pernah dianggarkan.
Menkeu Purbaya menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penyisiran terhadap pendanaan di berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) untuk memastikan efisiensi penggunaan anggaran negara.
“Yang saya tahu dia balikin Rp100 triliun dari anggaran yang dia sempat minta, tapi itu belum dianggarkan betul. Jadi, sebetulnya uangnya belum ada,” ujar Purbaya kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Selasa (14/10/2025).
Ia menegaskan bahwa pemerintah hanya memantau penyerapan dana sesuai pagu APBN 2025 sebesar Rp71 triliun, bukan dana tambahan yang belum dianggarkan.
“Justru yang kita lihat itu yang Rp71 triliun, bukan yang dibalikin. Kita pantau sampai akhir tahun agar penyerapannya makin optimal,” imbuhnya.
Baca Juga: Modus COD Mobil Berujung Penyekapan, Tiga Pelaku Ditangkap Polisi di Tangerang Selatan
BGN Kembalikan Anggaran Tak Terserap
Sementara itu, Kepala BGN Dadan Hindayana mengonfirmasi bahwa dari total anggaran MBG tahun 2025 sebesar Rp171 triliun (Rp71 triliun APBN + Rp100 triliun dana standby), sekitar Rp70 triliun dikembalikan ke Presiden RI karena diproyeksikan tidak terserap hingga akhir tahun.
“Tahun ini BGN menerima alokasi Rp71 triliun ditambah dana standby Rp100 triliun. Dari total tersebut, Rp99 triliun berhasil terserap, sementara Rp70 triliun kami kembalikan karena kemungkinan tidak bisa diserap tahun ini,” jelas Dadan.
Ia juga menuturkan bahwa pada tahun 2026, program MBG akan menjadi salah satu program dengan anggaran terbesar di Kabinet Merah Putih, dengan total mencapai Rp335 triliun — terdiri atas Rp268 triliun anggaran utama dan Rp67 triliun dana cadangan.
Baca Juga: Kasus Radioaktif Cikande Guncang Industri: Impor Baja Dihentikan, Ekspor Udang Tersendat
Realisasi Penyerapan Masih 29 Persen