Itulah sekelumit tentang urgensi sifat malu dalam kehidupan manusia. Lalu, bagaimana dengan realita banyak manusia di zaman ini?
Ternyata tidak sedikit di antara mereka, yang telah mencampakkan rasa malu sampai ke akar-akarnya, seakan tidak tersisa secuilpun di dalam hatinya.
Sehingga akibatnya berbagai kemungkaran menjamur di mana-mana.
Baca Juga: Ceramah Singkat Aa Gym Menyentuh Hati tentang Pentingnya Memperbaiki Akhlak: Saya Aman Bagimu
Aurat yang mestinya ditutup, justru dipertontonkan dan diumbar di depan khalayak ramai. Sorot mata jalang yang seharusnya membuat risih dan malu, justru semakin menimbulkan rasa bangga.
Perbuatan amoral dilakukan terang-terangan di media informasi, cetak maupun elektronik.
Rasa cemburu pada pasangan sirna bak tak tersisa.
Tindakan asusila nan hina dianggap baik dan dibanggakan, bahkan diusahakan mati-matian untuk dilegalkan.
Ketika ini dipermasalahkan, malah banyak orang sontak membelanya. Sungguh ironis, namun inilah realita yang ada.
Baca Juga: Sering Gangguan Pencernaan? Coba Resep dr Zaidul Akbar dari Buah, Umbi, Rimpang dan Sayur Ini
Di manakah rasa malu, dari pejabat yang mendapatkan amanah untuk mengayomi rakyatnya, justru ia menghisap harta mereka dengan perbuatan korupsi dan kolusi?
Di manakah rasa malu, dari pedagang yang mengurangi takaran dan timbangan, serta bersumpah palsu untuk melariskan dagangannya?
Di manakah rasa malu, dari para orang kaya yang menyerobot jatah orang miskin? Manakala merasa iri dengan jatah raskin yang diterima kaum papa, sehingga ia pun menuntut untuk mendapatkan jatah serupa.
Baca Juga: Nikita Willy Positif Hamil, Sampai Sujud Syukur di Toilet Kamar Mandi
Sehingga orang-orang lemah yang seharusnya perbulan menerima jatah raskin sebanyak 15 kg, ia harus rela menerimanya hanya 3 kg saja!