ASPIRASIKU - Konflik bersenjata antara Iran dan Israel terus menunjukkan eskalasi signifikan sejak militer Israel memulai serangan pada 13 Juni 2025.
Iran dilaporkan membalas dengan menggempur pusat kota Tel Aviv, menyusul serangan bom Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir penting milik Iran: Fordow, Natanz, dan Esfahan.
Di tengah ketegangan tersebut, perhatian publik internasional turut tertuju pada kemunculan pesawat misterius yang diduga berjenis Boeing 747 yang terbang dari China menuju Iran.
Berdasarkan pantauan FlightRadar24 dan laporan media internasional, setidaknya lima penerbangan dari China ke Iran tercatat sejak 14 Juni 2025.
Pesawat-pesawat tersebut melintasi wilayah udara utara China, masuk ke Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan, sebelum akhirnya menghilang dari radar saat mendekati wilayah Iran.
The Telegraph melaporkan pada Senin (23/6/2025), penerbangan itu seolah ditujukan ke Luksemburg, namun tidak ada bukti kuat bahwa pesawat-pesawat tersebut benar-benar memasuki wilayah udara Eropa.
Baca Juga: BNN Ungkap 285 Tersangka Narkoba, 10 Persen di Antaranya Ibu Rumah Tangga yang Diperdaya Sindikat
Temuan ini memicu kekhawatiran sejumlah pihak bahwa Partai Komunis China (PKC) mungkin tengah memberikan bantuan logistik kepada Iran, baik dalam bentuk pengangkutan kargo militer maupun evakuasi orang-orang penting.
Direktur Pusat Pertahanan Nasional di Heritage Foundation, Robert Greenway, menyatakan bahwa pesawat jenis tersebut umumnya digunakan untuk keperluan transportasi strategis.
Ia berspekulasi bahwa China kemungkinan memainkan peran tidak langsung dalam mendukung Iran.
Baca Juga: Mengapa Pendidikan Nilai Menjadi Aspek Penting dalam Sistem Pendidikan Saat Ini? Alasannya...
“Saya rasa penting untuk mengingat hubungan antara keduanya. Sekitar 43 persen kebutuhan minyak dan gas China berasal dari Timur Tengah, dan sebagian besar di antaranya dari Iran,” ujar Greenway dalam wawancaranya dengan Fox News Digital.
Menurutnya, China secara rutin membeli minyak dari Iran meskipun tengah dikenai sanksi internasional, dan hal ini menguntungkan perekonomian serta ambisi militer Beijing.