Menurut Snower, membiarkan ancaman dalam skala terbatas bisa lebih efisien dibanding berupaya memusnahkannya total.
“Masyarakat sebenarnya bisa mengarahkan tenaga kerja untuk membuat barang-barang yang meningkatkan kesejahteraan, atau memproduksi pasak kayu untuk melawan vampir.
Baca Juga: Dansat Brimob Temui Pendemo, Tegaskan Anggota Terlibat Tewasnya Driver Ojol Diperiksa di Mabes Polri
Kebijakan makroekonomi pada dasarnya adalah soal memilih prioritas,” tulis Snower.
Metafora untuk Tantangan Ekonomi Modern
Snower kemudian menarik analogi ini ke dunia nyata.
“Vampir ekonomi” bisa dilihat sebagai simbol dari berbagai masalah sosial, seperti inflasi, pengangguran, hingga kemiskinan.
Memberantas hingga benar-benar nol menuntut biaya sangat besar, sehingga lebih rasional menjaga agar masalah tetap terkendali.
Baca Juga: IHSG Tertekan Demonstrasi, Anjlok Hampir 2 Persen ke Level 7.795
Menurut Snower, kebijakan publik tidak boleh hanya fokus pada ambisi memusnahkan masalah, tetapi harus menimbang biaya dan manfaat bagi masyarakat.
Sumber daya yang terbatas sebaiknya dialihkan ke bidang yang lebih mendukung kesejahteraan jangka panjang.
Fenomena vampir ekonomi ini, kata Snower, tetap relevan hingga sekarang.
Dari isu utang negara, krisis pangan, hingga ketimpangan sosial, metafora tersebut mengajarkan bahwa kebijakan makro harus rasional, efisien, dan berpihak pada kesejahteraan bersama.***