Minat pada Mobil Listrik Meningkat, Konsumen Masih Pertimbangkan Jenis Baterai dan Ketersediaan SPKLU

photo author
- Kamis, 3 Juli 2025 | 14:00 WIB
Pengisian baterai kendaraan listrik menggunakan fasilitas tiang listrik PLN. (PLN)
Pengisian baterai kendaraan listrik menggunakan fasilitas tiang listrik PLN. (PLN)

Jakarta, ASPIRASIKU — Tren kendaraan listrik di Indonesia terus menunjukkan geliat positif, terutama sepanjang tahun 2025 ini.

Merek-merek mobil listrik asal Tiongkok dengan harga terjangkau menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen Tanah Air.

Namun, di tengah peningkatan minat tersebut, mobil bermesin bensin masih menjadi pilihan utama, terutama bagi masyarakat di daerah.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Populix, sebuah perusahaan riset dan platform daring, terdapat sejumlah alasan mengapa masyarakat masih enggan beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik.

Baca Juga: Nikita Mirzani dan Putrinya Hadiri Sidang Tertutup Kasus Dugaan Kekerasan oleh Vadel Badjideh

Salah satu pertimbangan utama adalah keberadaan infrastruktur pengisian daya, yakni Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), yang dinilai belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, konsumen juga masih mempertimbangkan jenis dan karakteristik baterai yang digunakan oleh mobil listrik.

Founder National Battery Research Institute (NBRI), Evvy Kartini, dalam diskusi Forwot Outlook Discussion pada Selasa (1/7), menjelaskan bahwa saat ini terdapat dua jenis baterai lithium-ion yang paling umum digunakan: Nickel Cobalt Manganese (NCM) dan Lithium Iron Phosphate (LFP).

“Baterai NCM punya tenaga lebih kuat, sedangkan baterai LFP lebih ringan dan memiliki masa pakai yang lebih panjang,” jelas Evvy.

Baca Juga: Teluning Berjualan Cireng Demi Hidupi Keluarga, Sang Putri Raih Kuliah Gratis di UGM

Namun ia juga mengingatkan bahwa limbah baterai kendaraan listrik bisa menjadi persoalan baru yang perlu diantisipasi sejak dini melalui pengolahan material yang ramah lingkungan.

Ulasan seputar baterai mobil listrik ini juga ramai dibahas warganet. Salah satunya oleh Ridwan Hanif, pengulas otomotif dengan akun X (dulu Twitter) @ridwanhr.

Ia menilai, meskipun NCM unggul dalam performa, namun dampaknya terhadap lingkungan cukup signifikan.

“NCM memang lebih unggul, tapi lebih merusak lingkungan. Lihat saja bagaimana pertambangan Nikel belakangan ini heboh,” tulis Ridwan dalam unggahan pada Kamis (3/7).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X