pendidikan

Dari Limbah Jadi Berkah: Inovasi Mahasiswa UGM dan UNIB Ubah Keong Jadi Pupuk di Pulau Enggano

Jumat, 8 Agustus 2025 | 06:00 WIB
Mahasiswa KKN UGM di Pulau Enggano Olah Hama Keong dan Kulit Pisang jadi Pupuk Cair Organik (ugm.ac.id)

Pulau Enggano, Bengkulu, ASPIRASIKU – Di tengah hamparan hijau dan pesisir yang memukau di Pulau Enggano, ada geliat perubahan yang dimulai dari hal-hal kecil, bahkan dari yang selama ini dianggap sebagai musuh petani—limbah dan hama.

Siapa sangka, keong dan bekicot yang biasanya jadi momok bagi tanaman, kini disulap menjadi pupuk organik cair yang ramah lingkungan dan hemat biaya?

Inilah hasil kolaborasi inovatif antara tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) Ka’anek Enggano dan KKN Universitas Bengkulu (UNIB) yang berhasil memanfaatkan limbah pertanian dan rumah tangga menjadi produk bernilai tinggi bagi pertanian lokal.

Baca Juga: Temukan Shade Lipstik yang Pas! Ini 3 Rekomendasi Lipstik untuk Kulit Sawo Matang

Tak sekadar teori, mereka turun langsung ke enam desa di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, membagikan ilmu dan praktik pembuatan eco-enzyme serta pupuk organik cair (POC) dari tanggal 21 Juli hingga 5 Agustus 2025.

“Kami ingin membantu petani lokal agar tak lagi bergantung pada pupuk kimia yang mahal dan sulit diakses. Di sisi lain, kami ingin lingkungan tetap lestari,” tutur Imam Hadi Kusuma, koordinator lapangan KKN UGM, Kamis (7/8).

Keong dan Bekicot: Dari Hama Menjadi Harapan

Pulau Enggano memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor perikanan dan pertanian.

Baca Juga: Tips Memilih Foundation yang Tepat untuk Kulit Sawo Matang dan Langsat: Cek Rekomendasi Produknya!

Namun, potensi ini masih kerap terganjal oleh serangan hama dan keterbatasan akses transportasi. Tak jarang, hasil panen berakhir terbuang sia-sia.

Melihat kenyataan ini, tim KKN mengambil langkah strategis: menjadikan limbah sebagai solusi.

Dengan memanfaatkan bahan-bahan seperti kulit pisang, kulit jengkol, gedebog pisang, kulit bawang, serta keong dan bekicot, mereka mengolahnya menjadi pupuk dan disinfektan alami yang bisa digunakan langsung oleh petani.

“Olahan tersebut menghasilkan biopestisida berbasis eco-enzyme, disinfektan alami, dan POC yang menjadi alternatif input pertanian yang terjangkau, mudah dibuat, dan berkelanjutan,” jelas Hadi.

Baca Juga: Meriahkan Agustus! Warga Bernama Agus atau Lahir Bulan Agustus Dapat Tiket Gratis ke Tempat Wisata Ini

Halaman:

Tags

Terkini