“Anak-anak kelas rendah silakan membaca buku bergambar, sedangkan anak-anak kelas tinggi bisa membaca buku dengan teks yang lebih banyak. Semua buku menarik itu tersedia di mobil Simoli,” katanya sambil tersenyum.
Di antara kerumunan, Erenius, salah satu murid kelas IV, tampak bersemangat memeluk buku cerita barunya.
“Kami senang sekali karena Simoli membawa banyak buku dan permainan seru yang berhadiah. Kami berharap Simoli bisa datang lagi ke sekolah kami,” ujarnya polos.
Lebih dari sekadar kunjungan, kegiatan Simoli menjadi simbol harapan baru bagi pendidikan dasar di Papua — bahwa literasi bukan hanya tentang membaca huruf, tetapi juga tentang membuka jendela dunia.
Melalui kolaborasi antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah, anak-anak Papua diharapkan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga kuat fondasi literasi dan numerasinya.
Dari balik dinding sekolah di Kampung Baru, Jayapura, Simoli terus berputar roda, menebar semangat belajar dan membuka peluang masa depan.
Karena di setiap halaman buku yang dibacanya, tersimpan masa depan cerah anak-anak Papua.