ASPIRASIKU - Dalam dunia pendidikan Indonesia, nama Ki Hadjar Dewantara tak bisa dilepaskan dari semangat pembebasan dan pencerahan.
Beliau bukan hanya Bapak Pendidikan Nasional, tetapi juga seorang pemikir yang membawa angin segar dalam memaknai peran pendidikan untuk memanusiakan manusia.
Salah satu gagasan utama yang hingga kini tetap relevan dan terus diperbincangkan adalah konsep tentang ‘manusia merdeka’.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan manusia merdeka menurut Ki Hadjar Dewantara?
Baca Juga: Lowongan Kerja PAM Jaya DKI Jakarta Dibuka, CEK Kualifikasi untuk Melamar
Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan bukan semata alat untuk mencetak manusia pintar, melainkan sebagai proses membentuk manusia seutuhnya—yang memiliki kemerdekaan dalam berpikir, berperilaku, dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta lingkungannya.
Dalam tulisannya, ia menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Dari pandangan itu, manusia merdeka menurut Ki Hadjar Dewantara adalah pribadi yang tumbuh tanpa tekanan, memiliki kebebasan berpikir, dan mampu mengambil keputusan dengan sadar.
Merdeka di sini tidak berarti bebas tanpa batas, melainkan bebas yang bertanggung jawab.
Seseorang yang telah mencapai derajat kemerdekaan ini mampu membedakan mana yang benar dan salah, serta memiliki kontrol diri yang tinggi terhadap dorongan dan godaan dari luar.
Ki Hadjar juga membagi kemerdekaan manusia ke dalam tiga dimensi penting, yaitu merdeka dalam pikiran, merdeka dalam perasaan, dan merdeka dalam kehendak.
Ketiganya harus seimbang agar seseorang benar-benar dapat disebut manusia merdeka.
Jika seseorang hanya merdeka dalam pikiran namun perasaannya masih dibelenggu rasa takut atau tekanan sosial, maka belum sepenuhnya merdeka.