ASPIRASIKU - Dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar ungkapan bahwa "belajar tidak mengenal usia."
Namun, ada satu pernyataan yang lebih dalam dan menyentuh realitas profesi pendidik: "Belajar adalah proses yang dilalui, bahkan setelah menjadi guru kita tetap belajar."
Kalimat ini bukan hanya sebuah refleksi, tapi juga pengingat bahwa profesi guru adalah profesi yang tumbuh bersama waktu, ilmu, dan tantangan.
Seorang guru bukan sekadar penyampai materi. Ia adalah pembimbing, penginspirasi, sekaligus pembelajar yang tidak pernah berhenti.
Di balik setiap pengajaran yang ia sampaikan, ada proses panjang yang terus berkembang.
Kurikulum berubah, karakter siswa beragam, teknologi kian cepat, dan tuntutan zaman pun tak pernah stagnan. Semua ini menuntut guru untuk tetap adaptif dan terus belajar.
Belajar bagi seorang guru tidak selalu berarti duduk di bangku kuliah kembali. Itu bisa berarti membaca jurnal pendidikan terbaru, mengikuti pelatihan atau webinar, hingga berdiskusi dengan rekan sejawat dalam komunitas belajar.
Bahkan, pengalaman mengajar di kelas sehari-hari pun menjadi sumber pembelajaran yang sangat kaya, terutama dalam memahami dinamika psikologis, sosial, dan akademik siswa.
Baca Juga: Afgan Ceritakan Perjalanan Haji Pertama: Nekat Berangkat Sendiri, Penuh Syukur dan Haru
Dalam praktiknya, seorang guru belajar untuk lebih memahami murid-muridnya yang datang dari latar belakang dan kebutuhan berbeda.
Ia belajar menyusun strategi pembelajaran yang lebih efektif, menemukan pendekatan baru agar murid tidak hanya paham, tapi juga tertarik dan termotivasi.
Guru belajar dari kesalahan pengajaran sebelumnya, dan dari keberhasilan kecil yang terjadi setiap hari di ruang kelas.
Tak jarang, siswa justru menjadi guru bagi gurunya. Dalam interaksi harian, guru sering kali mendapat pertanyaan tak terduga, perspektif baru, bahkan kritik yang membangun.