Baca Juga: Kisah Pendampingan BRI, Datik Batik Tangerang Selatan Siap Go Digital dan Ekspor
“JPPI mencatat hingga kini lebih dari 10 ribu anak menjadi korban keracunan MBG,” ungkapnya.
Menurut Ray, penutupan 106 dapur dinilai terlambat karena baru dilakukan setelah lonjakan korban yang signifikan pada September hingga awal Oktober.
Sementara itu, Ruben, pengusaha katering sehat, menilai perlu adanya keterlibatan orang tua dalam penyediaan makanan bagi anak sekolah.
Ia mencontohkan sistem Kyushoku di Jepang, di mana orang tua ikut menyiapkan makanan di sekolah.
Baca Juga: Prabowo Minta Menteri Kompak Tangani Pengangguran: Kita Harus Seperti Tim Sepak Bola
“Di sana, orang tua siswa terlibat langsung. Mereka datang pagi, menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka. Pemerintahnya pun sudah menyiapkan sistem ini sejak tahun 1930-an,” ujar Ruben.
Menurutnya, keterlibatan orang tua dapat meningkatkan tanggung jawab bersama atas kualitas makanan, sekaligus memperkuat kontrol publik terhadap kebersihan dan bahan pangan.
Investigasi Menyeluruh Kasus Keracunan MBG
Menanggapi kasus ini, BGN membentuk dua tim investigasi khusus untuk menelusuri penyebab utama keracunan massal.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan tim tersebut melibatkan Polri, BIN, BPOM, dan pemerintah daerah, serta para ahli lintas bidang seperti kimia, farmasi, dan chef profesional.
“Tim ini bekerja sama untuk meneliti aspek kebersihan, bahan baku, dan proses produksi. Kami ingin memperbaiki sistem, bukan sekadar mencari kesalahan,” jelas Nanik, Senin (29/9/2025).
Investigasi mencakup 70 kasus keracunan yang dilaporkan sepanjang Januari–September 2025, dengan dampak terhadap lebih dari 5.900 penerima program MBG di seluruh Indonesia.
Nanik menegaskan pendekatan multidisiplin sangat penting agar akar masalah dapat terungkap secara menyeluruh dan sistem distribusi gizi nasional bisa diperbaiki dari hulu ke hilir.***