Baca Juga: Bendungan Ciawi dan Sukamahi Terbukti Reduksi Banjir Jakarta hingga 27 Persen
Artinya, “Dari Mujibah al-Bahiliyyah, dari bapaknya atau pamannya, bahwa ia mendatangi Nabi. Kemudian ia kembali lagi menemui Nabi satu tahun berikutnya sedangkan kondisi tubuhnya sudah berubah (lemah/kurus). Ia berkata, ‘Ya Rasul, apakah engkau mengenaliku?’ Rasul menjawab, ‘siapakah engkau?’ Ia menjawab, ‘Aku al-Bahili yang datang kepadamu pada satu tahun yang silam.’ Nabi menjawab, ‘Apa yang membuat fisikmu berubah padahal dulu fisikmu bagus (segar).’ Ia menjawab, ‘Aku tidak makan kecuali di malam hari sejak berpisah denganmu.’ Nabi berkata, ‘Mengapa engkau menyiksa dirimu sendiri? Berpuasalah di bulan sabar (Ramadhan) dan satu hari di setiap bulannya.’ Al-Bahili berkata, ‘Mohon ditambahkan lagi ya Rasul, sesungguhnya aku masih kuat (berpuasa).’ Nabi menjawab, ‘Berpuasalah dua hari.’ Ia berkata, ‘Mohon ditambahkan lagi ya Rasul.’ Nabi menjawab, ‘Berpuasalah tiga hari.’ Ia berkata, ‘Mohon ditambahkan lagi ya Rasul.’ Nabi menjawab, ‘Berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah.’ Nabi mengatakan demikian seraya berisyarat dengan ketiga jarinya, beliau mengumpulkan kemudian melepaskannya.” (HR. Abu Daud).
Itulah 3 hadis yang menjadi patokan kita, kenapa kita di sunnahkan untuk melakukan Ibadah puasa di Bulan Rajab.
Begitu banyak kemuliaan yang bisa di dapatkan, jikalau kita rutin untuk mengikuti sunnah Rasulullah.
Baca Juga: Bendungan Ciawi dan Sukamahi Terbukti Reduksi Banjir Jakarta hingga 27 Persen
Mengutip Syekh Abu al-Thayyib Syams al-Haq al-Adhim, Ustadz Mubassyarum Bih menjelaskan bahwa sabda Nabi di atas itu disampaikan sembari berisyarat dengan ketiga jarinya, mengumpulkan dan memisahkan ketiga jarinya itu.
Tentu isyarat tersebut berarti hendaknya al-Bahili berpuasa tiga hari dan berbuka tiga hari lagi.***