"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."
Ayat ini mempertegas bahwa esensi dari kurban adalah ketakwaan. Hewan kurban hanyalah perantara untuk menyalurkan ketulusan hati dan semangat berbagi kepada sesama.
Setiap tetesan darah yang mengalir bukan hanya membawa pahala, tetapi juga menyuburkan rasa kemanusiaan.
Baca Juga: Perusahaan Tak Daftarkan BPJS Ketenagakerjaan, Siap-Siap Kena Sanksi Berat dan Tuntutan Hukum
Menggetarkan Hati dalam Sunyi
Di tengah takbir yang menggema, setiap insan Muslim diajak untuk merenung dalam sunyi
Apa yang selama ini telah kita korbankan untuk Allah?
Adakah ego, waktu, atau harta yang telah kita relakan demi kebaikan bersama?
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih kambing atau sapi, melainkan tentang menyembelih keserakahan, iri hati, dan cinta dunia yang berlebihan.
Ia mengajarkan bahwa yang paling berharga tak selalu tampak di mata, tapi terasa dalam ketulusan jiwa.
Solidaritas dan Kepedulian Sosial
Momentum Idul Adha juga menjadi panggung kepedulian sosial. Pembagian daging kurban kepada fakir miskin mempererat hubungan antarsesama dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.
Di sinilah ajaran Islam menampakkan wajahnya yang penuh kasih, berbagi dengan tulus tanpa memandang strata sosial.
Bagi mereka yang diberi rezeki lebih, berkurban bukan sekadar kewajiban, melainkan bentuk syukur dan kepercayaan bahwa apa yang disisihkan di jalan Allah tidak akan sia-sia. Bahkan, akan diganti dengan yang lebih baik dan berkah.