ASPIRASIKU – Bansos penanganan stunting akan segera disalurkan Dinas Sosial Provinsi Lampung kepada ribuan masyarakat yang membutuhkan.
Total penerima bansos stunting ini mencapai 1.751 Kepala Keluarga (KK) di 5 kabupaten. Yaitu Kabupaten Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Tengah, Pesisir Barat dan Way Kanan.
Bansos stunting ini nilainya mencapai Rp500 ribu yang dibagikan dalam bentuk bahan pangan mulai awal Desember 2023.
Kadis Sosial Provinsi Lampung, Aswarodi mengatakan Pemprov menetapkan 5 kabupaten penerima bansos stunting karena tidak menerima dana insentif fiskal dan masuk dalam kategori rawan stunting.
Baca Juga: Nex Card BRI, Kartu Kredit untuk Generasi Muda dengan Kemudahan Bertransaksi
“Rencananya mulai kita salurkan pada awal Desember, semoga minggu kedua sudah selesai tersalurkan semua," katanya.
Untuk warga penerima penerima bansos itu datanya diperoleh dari Dinas Kesehatan, yaitu data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM).
Selanjutnya Dinas Sosial Kabupaten akan melakukan verifikasi faktual ke lapangan untuk menyesuaikan data calon penerima bansos stunting.
“Kita akan tugaskan pendamping PKH untuk mereka benar-benar verifikasi faktual. Ini guna memastikan bahwa benar sasarannya itu memiliki kompen ibu hamil dan balita. Sehingga bantuan yang kita berikan tepat sasaran," kata Aswarodi.
Dinsos Lampung memberikan waktu selama seminggu bagi petugas PKH untuk melakukan verifikasi. Sementara target penyaluran bansos akan dimulai pada awal Desember.
Baca Juga: Menjajaki Keindahan 5 Destinasi Wisata Paling Murah di Bogor
Besaran bantuan stunting yang diterima tiap KK sebesar Rp500 ribu yang diberikan dalam bentuk sembako dengan nilai protein yang tinggi.
Bansosnya terdiri beras fortifikasi 10 kg, gula merah 2 kg, kacang hijau 2 kg, santan bubuk 2 kg, biskuit 2 kotak dan susu bubuk 2 kotak.
Ia menjelaskan komposisi bansos ini mempertimbangkan kebutuhan untuk penurunan stunting namun bahan pangannya diupayakan bukan yang cepat busuk/basi atau gampang rusak.
“Kita juga pilih bahan pangan yang awet dan tidak mudah rusak saat proses distribusi. Seperti telor gampang pecah, daging cepat busuk. Jadi kita cari yang awet,” tandasnya.