“Boosting tidak selalu kompetitif. Banyak layanan yang hanya menawarkan leveling karakter untuk eksplorasi PVE atau farming. Yang berbahaya adalah saat boosting digunakan untuk keperluan turnamen atau ranked, dan itulah yang tidak kami izinkan di Zeusx.”
Zeusx telah menerapkan klasifikasi ketat:
Boosting Casual → Legal dan diperbolehkan
Boosting Kompetitif/Ranked/Esports → Tidak direkomendasikan dan diblokir jika terbukti disalahgunakan
Dengan sistem rating seller, monitoring aktivitas, dan mekanisme dispute, Zeusx membangun ekosistem aman yang bisa mengakomodasi kebutuhan gamer tanpa merusak integritas permainan.
Di Antara Dilema Industri dan Tuntutan Pasar
Dari sisi industri game, pengembang umumnya melarang praktik boosting karena bertentangan dengan tujuan desain game.
Tapi di sisi lain, pengembang sendiri juga menciptakan sistem microtransaction, top-up, dan unlock pass yang memungkinkan akselerasi progress.
Bukankah ini juga bentuk boosting? Bedanya, dilakukan oleh game developer itu sendiri.
Menurut Iqbal:
“Industri game sudah masuk fase ekonomi. Game bukan hanya soal gameplay, tapi juga monetisasi. Maka jasa-jasa seperti boosting muncul sebagai respons atas sistem yang sudah tidak sepenuhnya adil sejak awal.”
Baca Juga: Prabowo Janjikan Transparansi dalam Pemeriksaan Kasus Brimob dan Pengemudi Ojek Online
Pernyataan ini menggugah. Apakah kita benar-benar hidup dalam sistem yang adil dalam dunia game, ataukah kita hanya mengagungkan ilusi kompetisi?
Menuju Regulasi yang Lebih Transparan
Dengan meningkatnya jasa boosting secara global, diperlukan regulasi dan edukasi yang lebih terstruktur.
Zeusx menjadi contoh marketplace yang tidak sekadar jualan, tapi juga mengedukasi:
Setiap jasa punya deskripsi transparan
