ASPIRASIKU - Beberapa negara telah menjanjikan akan menjadi donatur untuk mengatasi krisis yang dihadapi Afghanistan di tengah kelaparan dan kemiskinan yang meningkat.
Apalagi pasca pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban dan menyebabkan bantuan asing mengering untuk negara ini.
Saat ini, Afghanistan dalam kondisi krisis yang memprihatinka. Krisis pangan hingga krisis uang tunai semakin memperburuk.
Miliaran dolar yang dulu mengalir untuk membantu Afghanistan sempat berhenti ketika pengambilalihan kembali Taliban.
Baca Juga: 14 September 1870-2021: Transformasi Mesin Tik, Sejarah Dipatenkan Hingga Jadi Barang Antik
Bahkan Taliban sendiri sebelumnya pernah memerintah Afghanistan antara 1996-2001, melarang perempuan bekerja dan gadis remaja dari sekolah, dan digulingkan dalam invasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, yang menuduh mereka melindungi anggota al-Qaeda di balik serangan 11 September.
Pasca pengambilalihan kembali, diduga antipati negara Barat dan ketidakpercayaan terhadap Taliban bantuan miliaran dolar itu terhenti.
Saat ini rakyat tengah dihadapkan dengan tsunami kelaparan yang cukup parah, jika tidak lekas tertangani.
Di tengah situasi yang pelik dihadapi warga Afghanistan, beberapa negara barat dan negara tetangga berencana membantu. Janji donor pendanaan kembali bergulir.
Baca Juga: Taliban Tutup dan Ambil Alih Bandara Kabul Afghanistan
Negara-negara tersebut janji akan menjadi donor kirimkan sejumlah pendanaan dalam atasi krisis yang terjadi.
Bahkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan, ada donatur atau para donor yang menjanjikan bantuan $1 miliar (1 miliar dolar) untuk Afghanistan saat PBB memperingatkan krisis.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan uang dibutuhkan untuk makanan penting dan bantuan mata pencaharian di tengah berkurangnya pasokan di Afghanistan.
Para donor telah menjanjikan lebih dari satu miliar dolar untuk membantu Afghanistan, di mana kemiskinan dan kelaparan telah meningkat sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, dan bantuan asing telah mengering, meningkatkan momok eksodus massal.